
Nah,
 sekarang aku mau kasih info mengenai "MITOS TENTANG KOREA SELATAN" yang
 kayaknya perlu kita ketahui sebelum berbicara tentang namanya KORSEL.
MITOS KOREA SELATAN
– Mitos 1: Sulit komunikasi dengan bahasa Inggris
Di
 Korea Selatan, memang hampir sebagian besar nama toko / gedung ditulis 
dalam huruf  Hangul. Hanya satu dua saja yang memakai tulisan berbahasa 
Inggris. Tapi jangan panik…, ini cuma toko/gedung saja. Untuk petunjuk 
jalan dan informasi lainnya seperti peta / info transportasi, banyak 
yang disediakan dalam bahasa bilingual
 (Inggris dan Korea). Ingat: bawalah selalu peta Korea Selatan dan peta 
subway agar kita tahu lokasi yang dituju. Kalau masih tersesat, datang 
saja ke pusat informasi turis yang banyak tersebar di penjuru tempat. 
Mereka dengan senang hati akan membantu Anda mencarikan informasinya. 
Masih tersesat juga? Tanya saja ke orang di sekitar, kalau yang ditanya 
tak bisa cakap Inggris, maka bahasa tarsan akan berperan penting 
hihihiii..
Kalau
 mau berbelanja, beberapa penjual ada yang bisa menyebut harga dalam 
bahasa Inggris, namun kalaupun ada yang tidak bisa, mereka akan 
menjawabnya lewat kalkulator. Cukup hafalkan beberapa bahasa saja 
seperti Ahnnyeong haseyo (halo), Kamsa Hamnida(terima kasih).
– Mitos 2: Sulit mencari makanan halal
Ah…
 siapa bilang sulit menemukan makanan halal di Korea? Datanglah ke 
Itaewon jika ingin mencari makanan halal. Itaewon adalah sebuah 
permukinan yang terletak di area Yongsan-gu, Seoul. Di sini kita bisa 
menemukan beragam macam masakan / makanan dari seluruh dunia salah 
satunya India, Timur Tengah, Thailand. Di kawasan ini juga terdapat 
Seoul Central Mosque, mesjid terbesar di Seoul yang dibangun pada tahun 
1976. Mesjid ini banyak dikunjungi berbagai warga dari berbagai negara 
yang tinggal di sekitar Seoul. Di Myeng-dong saya juga pernah lihat ada 
Kebab. Makanan halal juga bisa dijumpai di minimarket atau food court. Jadi jangan takut kesulitan mencari makanan halal..  – Mitos 3: Serba mahal?
Kalau urusan belanja fashion, saya angkat tangan deh…. 
   Saya kurang begitu paham seluk beluk fashion karena saya bukan shopaholic (pecinta belanja). Jadi saya tidak bisa membuatstatement bahwa
 belanja di Korea itu murah / mahal. Di Thailand, menurut saya juga 
murah. Namun yang pasti, di Korea Selatan harganya cukup terjangkau dan 
masih jauh lebih murah dibanding Jepang. Rata-rata penjual disini 
memasang harga fixed. Kalau kebetulan lagi hoki, kita bisa saja mendapat potongan harga. Coba saja tawar baik-baik…
Waktu
 saya ke sana, di Seoul lagi musim dingin. Jadi lagi banyak yang menjual
 pakaian dingin, jaket, sepatu boots, topi. Harga sepatu di kios-kios 
kecil mulai 10.000 won (Rp 80ribuan), kaos 5.000 won (Rp 40ribuan). Nah,
 kalau ingin belanja grosiran, datanglah ke Dongdaemun. Tempat ini 
terkenal dengan pusat belanja grosir dengan harga murah. Kualitas 
bahannya juga lebih bagus dibanding produksi China.
Untuk
 makan, rata-rata makan di pinggir jalan harganya mulai dari 4.000 won 
(Rp 32ribu) ke atas, tergantung kawasan dimana kita makan. Kalau makan 
di resto pastinya lebih mahal, mulai 10.000 won ke atas. Kalau mau makan
 murah, beli saja makanan di minimarket. Di sana selalu ada paket 
makanan dengan menu daging sapi / ayam, sushi atau roti sandwich. 
Harganya lebih murah dibanding makan di luar.
Transportasi
 di sana juga terbilang cukup terjangkau. Demikian pula dengan 
penginapan, ada banyak hostel dengan harga murah di sana. Khusus untuk 
transportasi dan penginapan, akan saya ulas di postingan berikutnya.
– Mitos 4: Tidak ramah
Katanya,
 orang Korea itu tidak ramah… sama seperti ketika kita datang ke Jepang 
lalu mau bertanya ke orang lokal, pasti banyak yang kabur. Mereka 
menghindar agar tidak ditanya karena tidak bisa berbahasa Inggris. 
Ditambah lagi, di film-film drama Korea sering ada adegan kasar / galak.
 Mitos ini salah besar.
Orang-orang
 Korea ternyata sangat ramah, hormat, dan peka dengan pengunjung. Saat 
saya tersesat lalu bertanya ke salah satu orang lokal, mereka mau lho 
membantu saya walaupun gak bisa berbahasa Inggris. Saya pernah dibantu 
seorang pemuda ketika saya tak berhasil menemukan hostel yang saya cari 
(karena tulisan gedungnya pakai Hangul semua). Dia membantu saya 
mencarikan informasi lokasinya di peta lewat ponsel, lalu menunjukkan 
areanya (walau bukan hostelnya). Beberapa kali saya sengaja bertanya 
untuk memastikan apakah saya tidak salah tempat, maksudnya agar tidak 
kejauhan jalan kakinya heheee.. Intinya mereka dengan senang hati akan 
membantu walau kesulitan bicara bahasa Inggris.
FULL CREDIT TO : DEWNINGRUM.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar