Terimakasih atas kunjungannya ke blog adilablogs , Jangan lupa meninggalkan jejak berupa KOMENTAR.

Sabtu, 10 September 2011

Sinopsis Wish Upon A Star – Episode 11


Tae-kyu melamar, mengatakan bahwa meski dia mungkin bodoh, “Ini adalah sesuatu yang aku yakini.” Karakter yang lain terlihat tegang dan para pengunjung bar bersorak pada Pal-kang untuk menerima. Pal-kang berbalik dan melihat Kang-ha memandanginya dengan tajam. Pal-kang berkata pada Tae-kyu dengan lembut, “Kau adalah orang paling lucu dan baik yang aku kenal.” Senyum Tae-kyu mulai hilang ketika Pal-kang melanjutkan, “Tapi aku tidak bisa menikahimu. Aku minta maaf Tae-kyu.” Pal-kang bangkit dan meninggalkan bar, berhenti hanya sebentar saja untuk mengangguk pada Jae-young.
Setelah Pal-kang keluar, Kang-ha memperoleh kembali akal sehatnya dan duduk. Jun-ha memandangi kakaknya sedangkan Tae-kyu menangis dan minum. Pal-kang berjalan ke rumah dan merasa bersalah karena menyakiti perasaan Tae-kyu. Dia berterima kasih pada Tae-kyu karena membuat khayalan lamanya menjadi nyata untuk beberapa saat, tapi bahkan membuatnya semakin bersalah karena menolak. Kang-ha bangkit dan meninggalkan meja paling pertama. Ketika dia diantarkan pulang, dia melihat Pal-kang berjalan di pinggir jalan dan meminta supir untuk menepi. Kang-ha memandangi Pal-kang berjalan untuk beberapa saat, tapi mengubah pikirannya dan meminta supir untuk terus.
Kang-ha, untuk itu, tiba lebih awal di rumah, dan ketika Pal-kang melangkah ke dalam, Kang-ha memandanginya tanpa mengatakan apapun. Pal-kang mengucapkan salam, lalu menuju kamarnya dengan pelan. Kelihatannya Kang-ha ingin mengatakan sesuatu tapi tidak tahu apa, dan kata2 itu datang padanya terlalu terlambat, setelah Pal-kang pergi. Kang-ha memarahi dirinya dan menahan pikiran itu. Ini bukan perasaan yang dia dengan gampang hilangkan, dan dia muram dengan frustasi besar ketika mengingat lamaran itu. Jun-ha menemukan Kang-ha di kamarnya untuk melaporkan kalau Tae-kyu masih ingin memenangkan hati Pal-kang.
Kang-ha bertanya, “Apa kau benar2 berpikir dia pasangan yang bagus untuk Tae-kyu?” Kelihatannya Jun-ha memang menantikan respon ini atau setidaknya bahwa reaksi Kang-ha membenarkan kecurigaannya. Jun-ha menjawab kalau Tae-kyu lebih baik dari ‘orang lain yang aku kenal.’ Kang-ha bertanya apa itu artinya, dan Jun-ha menjawab, “Ada seseorang yang gugup kalau Pal-kang akan menerima cincin Tae-kyu.” Semakin tajam, kedua bersaudara ini tahu apa maksud Jun-ha dengan berkata demikian. Tangan Kang-ha mengepal dengan kencang, tapi ketika dia menghadapi adiknya, dia memaksakan untuk menyeringai. Jun-ha tidak terlihat tertipu tapi malah menaikkan alisnya dengan curiga.
Jun-ha menemukan Pal-kang di dapur dan bertanya apa Pal-kang benar2 tidak merasakan apa2 pada Tae-kyu. Pal-kang menjawab, “Tae-kyu seperti Ju-hwang buatku. Aku menganggapnya sebagai adik.” Respon Jun-ha sepertinya sudah diperhitungkan ketika dia bertanya dengan penuh arti, “Kalau begitu bagaimana denganku? Apa kau hanya menganggapku sebagai kakak?” Pal-kang sedikit bingung, tidak yakin apakah akan menanggapi serius. Jun-ha memperlihatkan sikap yang lebih serius dan menambahkan, “Kalau bukan itu masalahnya, aku punya kesempatan. Kalau begitu… aku berpikir untuk mencobanya.”
Keesokan harinya, Kang-ha bangun dan melihat gumpalan di kaki tempat tidurnya, lalu dengan penasaran membuka selimutnya: Pa-rang ada disana, tidur melengkung. Kang0ha tersenyum lega, lalu menepuk kepala anak itu dengan penuh kasih dan menyelimutinya. Ju-hwang masuk ke kamar itu, siap untuk memberikan Pa-rang makian lagi, tapi Kang-ha menahannya dan memintanya untuk membiarkannya saja. Ketika Ju-hwang protes kalau dia harus memberikan pelajaran pada adiknya, Kang-ha mengeluarkan pembelaan abadi Pa-rang: “Ini penyakit.”
Meski Kang-ha menunjukkan sisi lembutnya, tapi ketika dia berbalik pada Ju-hwang, dia tetap memasang wajah tegangnya. Ju-hwang menyimpulkan Kang-ha terganggu dan meminta, “Tolong tahan saja selama sebulan.” Kang-ha mendesah, “Aku rasa aku harus.” Saat sarapan, Pal-kang bertanya apa para pria itu berencana untuk pergi hari ini; karena ini hari minggu, dia berencana untuk melakukan bersih2 menyeluruh. Jun-ha bertanya tentang jadwal sekolah anak2, dan setelah mendengar kalau anak2 akan kembali ke sekolah minggu depan, Jun-ha menyarankan agar mereka pindah ke sekolah di lingkungan ini, karena sekolah mereka yang lama jauh. Pal-kang berkata tidak apa mereka tetap pergi ke sekolah mereka yang lama, karena mereka akan pindah dalam waktu dekat.
Yang mengejutkan semua orang, Jun-ha mengulangi sarannya dan menawarkan untuk menangani pindahan itu besok, menjelaskan, “Siapa tahu kau mungkin terus tinggal disini.” Anak2 gembira, berpikir kalau ini adalah indikasi kalau dia akan menikahi kakak mereka. Pal-kang kaget dan menyuruh diam adik2nya, tapi Jun-ha hanya berkata, “Kau tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.” Tae-kyu tentu saja merasa kalau ini tidak biasa, tapi dia menyalahartikannya dan berterima kasih pada Jun-ha karena membantunya. Ini adalah cara pamannya untuk membantu Tae-kyu dengan tetap membiarkan keluarga itu tinggal, kan? Diselimuti oleh rasa terima kasih, Tae-kyu mencium pipi Jun-ha dan mengumumkan, “Aku mencintaimu.”
Keluarga Jin mengadakan acara bersih2 besar2an. Ju-hwang dan Pa-rang membersihkan kamar Kang-ha, meskipun begitu Kang-ha membersihkan bagian dalam ruang kacanya sendiri. Ketika Pa-rang mendengar kalau ruangan itu untuk mendengarkan musik, dia masuk dan mengumumkan, “Aku juga suka musik. Apa kau punya lagu Digimon?” Dengan penasaran, Pa-rang melihat pemutar piringan dan bertanya mesin apa itu. Dia menyentuh jarumnya, menggaruk piringannya, dan Kang-ha bergegas menghentikannya, memegangi piringan berharganya seolah-olah kesakitan. Meski Pa-rang tidak terlalu tahu apa yang Kang-ha lakukan, tapi Ju-hwang tahu. Dia menarik adiknya dan bertanya, “Itu sangat berharga, benar kan?”
Dengan kalimat yang bertentangan dengan sikapnya, Kang-ha menjawab, “Tidak. Aku mendengarkannya terlalu sering hingga aku berencana untuk membuangnya. Tidak masalah.” Pa-rang menawarkan untuk membersihkan bagian lain ruangan itu dan mulai menyapu. Gerakan Pa-rang yang ceroboh menyenggol sebuah speaker, yang cepat2 Kang-ha pegangi. Kang-ha lalu mengangkat anak itu untuk membawanya keluar. Pa-rang berpikir, dia akan dihukum, berteriak kalau dia minta maaf. Tapi Kang-ha hanya meletakkannya di depan komputernya: “Kau hanya akan sangat membantu buatku kalau bermain games di computer.” Dengan segera, Pa-rang kegirangan dan main super Mario bros.
Di bawah semua orang kaget ketika Ju-hwang menjelaskan kalau Pa-rang gembira main games di computer Kang-ha. Mereka semua tahu aturan Kang-ha tentang tidak menyentuh komputernya, jadi mengejutkan mendengar bahwa ini adalah sikap yang diatur. Setelah memutuskan untuk merayu Pal-kang, Jun-ha bersikap manis dengan mengajak keluarga Jin makan siang di luar dan naik ke atas untuk menjemput Pa-rang. Jun-ha berkata dengan tajam kalau Kang-ha mungkin akan tinggal di rumah, kan? Ini mambuat Kang-ha terjerat.
Selama makan siang, Jun-ha bersikap mengagumkan, dengan bersikap begitu baik dan menggendong Nam. Pal-kang sedikit tidak nyaman – tidak karena dia benci sikap Jun-ha, tapi karena rasanya berlebihan dan membuatnya merasa berhutang pada Jun-ha. Anak2 tidak punya halangan mental yang sama, dan menikmati kebaikan Jun-ha, terlalu menikmati hingga Cho-rok merasa bingung – dia mulai melihat kalau Jun-ha menarik tapi sudah bersumpah setia pada Tae-kyu. Setelah makan siang, Jun-ha mengajak anak2 untuk belanja persiapan sekolah – sikap lain yang coba dianggap Pal-kang sebagai tidak perlu. Jun-ha menjamin Pal-kang, “Aku punya banyak uang, tapi tidak tahu bagaimana menghabiskannya. Bantu aku menghabiskannya.”
Setelah membelikan barang2 untuk anak2, Jun-ha menyuruh Pal-kang untuk membeli sesuatu untuk dirinya juga. Pal-kang menolak tawaran itu, meski Jun-ha benar2 memperhatikan Pal-kang ketika dia berhenti untuk mengagumi sebuah dress di balik kaca. Ketika Pal-kang pergi untuk mengganti popok Nam, anak2 memberitahu Jun-ha kalau Pal-kang tidak memakai kaos lagi – tidak sejak orang tua mereka meninggal. Ketika keluarga itu kembali ke rumah, Kang-ha hanya memandangi dengan diam. Tae-kyu mengekspresikan kekecewaannya karena ditinggal, tapi Kang-ha bukan orang yang akan mengakuinya terang2an.
Pal-kang melihat kalau makan siang yang dia tinggalkan untuk Kang-ha dibiarkan tidak dimakan dan bertanya pada Kang-ha soal itu. Dia menjawab kalau dia tidak lapar, jadi Pal-kang menawarkan untuk membuat apapun yang Kang-ha inginkan untuk makan malam. Kang-ha tetap memandangi bukunya dan dengan dingin menolak tawaran itu. Dia akan pergi ke gym, jadi Pal-kang tidak perlu repot dengan makan malamnya. Meski Kang-ha terlihat diam saja tapi sebenarnya dia sangat marah. Bisa dilihat dari caranya berlari sebab berlari adalah salah satu cara untuk melampiaskan kemarahan. Kang-ha memang ada cobaan keesokan harinya tapi pekerjaan bukan satu2nya hal yang mengganggu pikirannya.
Kakek Jung merasa kesepian di rumah, merindukan keluarga Jin, dan datang ke rumah itu malam itu. Kakek sudah bertanya pada Pal-kang sebelumnya apakah dia bisa mampir, tapi semua orang sudah di rumah jadi Pal-kang meminta kakek untuk menyelinap pada malam hari. Pal-kang bertanya dimana kakek tidur pada malam ketika dia pergi, jadi kakek menjawab kalau kadang2 dia tinggal di penampungan gelandangan. Khawatir, Pal-kang menyarankan agar kakek tinggal di rumah ini juga, tersembunyi, ketimbang berkeliaran di jalanan.
Kakek memberikan sejumlah uang pada Pal-kang untuk membelikan susu buat Nam, menjelaskan kalau dia berusaha menjual barang bekas yang dia temukan. Pal-kang jelas menolak, meminta kakek untuk menyimpannya sendiri saja. Dia muda dan masih bisa bekerja, jadi dia masih jauh lebih baik dari kakek. Kakek Jung memang berkali-kali ditolak ketika dia mencoba membantu keluarga Jin, sebeb kakek tidak bisa mengungkapkan kalau dia adalah orang yang luar biasa kaya dan penjelasan kakek membuat dirinya terdengar begitu miskin hingga keluarga Jin menolak uang itu.
Perselisihan muncul di kantor keesokan harinya, ketika In-gu menyapa Won bersaudara dan melihat Pal-kang masuk ke loby. Dia mengenali Pal-kang sebagai mimi, si gadis bar, dan memanggil Pal-kang serta memarahinya agar dia mencarinya di luar kantor saja, menduga Pal-kang ingin uang atau sesuatu semacam itu. Jun-ha menyelamatkan Pal-kang dengan berkata kalau In-gu salah dan mengenalkan Pal-kang sebagai salah satu pegawai mereka. In-gu yakin dia benar tapi membiarkannya begitu saja. Akan tetapi, Jae-young cukup tajam untuk membaca keadaan dan menangkap kebenarannya.
Jae-young menemui Kang-ha di kantornya, tidak percaya kalau Kang-ha akan menyewa gadis bar sebagai pambantunya. Kang-ha menjawabnya dengan datar, “Jadi apa masalahnya?” Dengan nada kejam yang di sengaja, Kang-ha berkata kalau dia suka dengan wanita, jadi apa anehnya pria seperti dia akan memilih gadis bar sebagai pembantunya? Jae-young bertanya dengan frustasi, “Kenapa kau begitu protektif pada yang satu itu?” Kang-ha memperingatkan Jae-young dengan tajam, “Jaga ucapanmu. Jangan panggil dia yang ini atau yang itu, panggil dia dengan namanya. Namanya Jin Pal-kang.”
Jae-young berkata kalau ini adalah sebab karena membiarkan seorang FC (apa itu FC? Ada yang tahu? Kasi tahu aku ya?), tapi Kang-ha menjawab kalau dia tahu hukum lebih baik dari Jae-young: “Jika kau menyalahgunakan kekuasaanmu, kau akan berhadapan denganku.” Setelah Jae-young keluar, Jun-ha mencatat, “Kau berkata kau akan bertarung demi Jin Pal-kang. Kakak yang benci terlibat masalah mengganggu tentu bersikap aneh.” Jun-ha menemukan Pal-kang sedang duduk di luar, khawatir kalau ini akan menjadi masalah baginya dan perusahaan. Jun-ha membantahnya, dengan berkata, “Apa maksudmu? Oh, bahwa presiden salah mengenalimu sebagai orang lain?”
Jun-ha duduk dengan Pal-kang saat makan siang, dimana mereka didatangi oleh Eun-mal dan Jin-ju yang penasaran, yang memandangi Jun-ha dengan senang dan berterima kasih karena menolong Pal-kang. Mereka memuji kesabaran Jun-ha karena membantu manta Nona Jin yang tidak berguna, yang pasti merupakan cobaan buatnya. Mereka begitu berlebihan dengan perkataan emosional hingga Pal-kang merasa tidak nyaman pada gambaran mereka, lalu berbisik pada mereka untuk menghentikan itu. Eun-mal menggambarkan kalau mereka adalah trio yang seperti seleb. Dia membandingkan Jin-ju dengan Kim Tae-hee, dirinya dengan Jeon Ji-hyun, dan Pal-kang dengan Lee Young-ae. Setelah makan siang, Jun-ha mengantar Pal-kang untuk mendaftarkan pindah sekolah anak2.
Kang-ha memata-matai mereka meninggalkan tempat parkir bersama, dan mood-nya bertambah sangat jelek. Dia sudah merasa kesal setelah telpon tidak terduga yang sudah menghancurkan harinya. Telpon itu dari seorang wanita paruh baya bernama Lee Yeon-joo yang baru saja tiba di Korea. Sebenarnya dia adalah ibu kandung Kang-ha, tapi Kang-ha dengan dingin meminta sekretarisnya untuk mengatakan pada penelpon itu kalau dia tidak ada. Dalam perjalanan pulang, Jun-ha menyarankan untuk menonton film, karena mereka harus menghabiskan waktu. Dengan tegang, Pal-kang bertanya kenapa Jun-ha menjadi begitu baik padanya dan Jun-ha menjawab setengah menggoda.
Jun-ha: Hm, kenapa bisa begitu? Ketika seorang pria memperlakukan seorang wanita dengan manis, kenapa menurutmu bisa seperti itu?
Pal-kang: Tolong jangan bercanda denganku.
Jun-ha: Apa ini kelihatannya seperti bercanda?
Pal-kang: Ya.
Jun-ha: Kalau begitu tunggu dan lihat apa ini benar2 bercanda.
Mereka berhenti di supermarket untuk berbelanja keperluan dapur dimana mereka diduga sebagai pasangan suami istri. Pal-kang tidak yakin bagaimana menjawab dan Jun-ha hanya tertawa serta menjalaninya begitu saja. Di rumah, Jun-ha membantu membuat makan malam, dan bahkan si muka tebal Tae-kyu juga mulai merasa terancam oleh sikap manis Jun-ha yang terus2an. Tae-kyu berkata pada pamannya kalau dia sudah cukup terbantu, dan Cho-rok meminta Tae-kyu untuk membantu juga. Sayangnya, Tae-kyu melukai tangannya ketika dia ingin menyamai pamannya.
Penelpon wanita itu mengganggu sekretaris Kang-ha untuk meminta nomer hp Kang-ha dan dia memerintahkan sekretarisnya untuk tidak memberikan nomer hp-nya. Ingatan akan wanita masih membuat mood Kang-ha jelek dan dia pergi ke bar malam itu sendirian. Ketika dia tiba di rumah, dia jelas2 mabuk dan berjalan terseok-seok. Pal-kang menyiapkan teh untuk Kang-ha, yang Jun-ha tawarkan untuk dibawa ke atas. Jun-ha bertanya apa masalahnya. Kang-ha langsung ke poin-nya: “Apa yang kau pikirkan? Kau bisa memiliki semua wanita yang kau inginkan. Jangan bersikap seperti itu dengan Pal-kang. Ada banyak wanita yang bisa kita ajak untuk menghabiskan waktu.” Jun-ha menjawab, “Kau tahu aku. Sebelum aku melanjutkan langkahku dengan seorang wanita, aku selalu mengatakan padanya kalau aku akan membuat kemajuan.”
Kang-ha memperingatkan, “Jangan main2. Dia berbeda dari wanita2 yang bisa kita ajak main2.” Jun-ha bertanya apa ini dan Kang-ha menjawab, “Dia adalah seseorang yang menggunakan semua kekuatannya untuk bertahan dengan saudara2nya.” Jun-ha semakin memanas dan bertanya dengan mudahnya, “Oh, itu?” Tapi ketika Kang-ha memperingatkan, “Tinggalkan dia sendiri.” Ekspresi Jun-ha jadi mengeras. Jun-ha berkata, “Tapi aku tidak bercanda. Aku lebih serius sekarang dari sebelumnya. Tidak – aku mungkin serius untuk pertama kalinya. Karena kau memperingatkanku untuk tidak bercanda, aku harus menjadi lebih serius lagi.”
Sebuah kilas balik menunjukkan Jun-ha yang lebih muda bergabung dengan wanita muda berambut panjang di ayunan, menunggu Kang-ha. Jun-ha telah bertanya apa wanita muda itu pernah menunggu dirinya. Gadis itu menjawab, “Kau belum pernah membuatku menunggu, jadi terima kasih.” Wanita itu mengatakan kalimatnya sebagai pujian, tapi tentu saja ini bukan jawaban yang Jun-ha inginkan. Keesokan harinya, Jun-ha mampir untuk bertemu dengan mantan pacarnya. Mereka duduk untuk mengobrol – suami wanita itu menuntut cerai dirinya, dan menolak untuk melakukan negosiasi. Wanita itu kelihatannya dari keluarga kaya dan menduduki posisi manajer di sebuah hotel.
Karena ini waktunya bagi mereka untuk memperbarui asuransi hotel mereka, maka wanita itu bertanya pada Jun-ha soal JK. Menjual asuransi bukan pekerjaannya, jadi dia menelpon Pal-kang untuk menanganinya, yang sangat baik untuk kedua pihak. Lebih jauh, Jun-ha menyarankan mantan pacarnya bahwa selagi Pal-kang disini, dia harus bicara pada pegawai tentang asuransu jiwa. Jadi Pal-kang duduk dengan yang tertarik dan memberikan penjelasan. Ketika mereka melihat Pal-kang, mantan Jun-ha menebak, “Apa dia menangis di depanmu? Apa karena itu kau melakukan ini?” Wanita itu memperingatkan Jun-ha sesuatu yang pernah Jun-ha katakan sebelumnya – bahwa dia tidak akan jatuh ke dalam jebakan wanita lagi. “Tapi gadis muda itu seperti jebakan.”
Karena tidak mampu mendapatkan nomer hp Kang-ha, jadi ibu Kang-ha menunggu Kang-ha di kantor. Dia memakai aksesoris berlebihan, make up tebal, dan kelakuan yang sembarangan, hingga jelas kalau dia adalah ibu yang tidak bertanggung jawab. Ekspresi Kang-ha mengeras dan untuk beberapa saat Kang-ha menoleh ke tempat lain selagi ibu mengeluhkan kelakukan Kang-ha. Ibu ada disini dari AS setelah 4 atau 5 tahun sejak pertemuan terakhir mereka dan jelas Kang-ha harus memperlakukan ibunya dengan baik. Mereka akhirnya pindah ke sebuah kafe untuk menghindari agar tidak dilihat dimana Kang-ha mencoba langsung ke pokok permasalahannya: kenapa ibu ada disini? Ibu malah mengalihkan dan bertanya apakah Kang-ha sudah menikah. Kang-ha mengulangi pertanyaannya dengan dingin dan memperingatkan, “Aku sudah bilang padamu kalau tidak ada alasan untuk saling bertemu lagi.”
Rupanya, Kang-ha sudah memberikan uang pada ibu beberapa tahun lalu dan dengan uang itu, ibu bisa menyelamatkan tokonya dan menjauh dari kemiskinan. Akan tetapi, ‘pria itu’ berjudi di Vegas dengan semua uangnya dan ibu mengakhiri hubungannya. Kang-ha bertanya dengan sarkastis, “Apa kau kesinis untuk melakukan perayaan perceraianmu yang kelima?” Kang-ha kehilangan kesabaran dan bertanya apa yang ibu inginkan, jadi ibu mau ke permasalahannya: ibu perlu bantuan Kang-ha untuk yang terakhir kalinya. Ibu tidak ingin meminta tapi Kang-ha adalah satu2nya putranya. Ketika ibu berkata kalau putranya mungkin sudah dicuri darinya, Kang-ha menjawab, “Dicuri darimu? Bukannya kau yang menjualnya? Aku mungkin saja berusia lima tahun, tapi aku ingat kejadian hari itu dengan jelas.”
Ibu telah mengirim Kang-ha untuk tinggal dengan ayahnya, mengabaikan permintaan Kang-ha agar dia bisa tinggal dengan ibu. Kang-ha menangis dan memohon, tapi ibu mengabaikannya dan mengambil uang yang cukup besar dari ayah untuk meninggalkan anak itu dan pergi. Ibu menjelaskan, “Jika kau hidup denganku, kau tidak akan mampu menjadi dirimu yang sekarang.” Kang-ha membalas: “Kau mengatakan pada anak lima tahun yang menempel padamu ‘aku tidak menyukaimu. Aku benci ayahmu, jadi kau berpikir aku akan menyukaimu? Jadi pergilah.’ Aku memintamu untuk tidak melakukannya, ‘ibu jangan tinggalkan aku. Aku akan menurut. Aku akan menjadi anak baik dan tidak menyebabkan masalah. Meski kau membawa paman-paman ke rumah, aku tidak akan membuat kacau.’ Tapi kau hanya punya satu hal untuk dikatakan, ‘aku perlu paman-paman itu lebih dari pada dirimu.’
Ibu sedikit kaget mendengar betapa kejam perkataan itu, sebab dia sama sekali tidak ingat ini. Kang-ha memperingatkan, “Jangan telpon aku lagi” dan bangkit untuk pergi. Ibu menjelaskan kalau Kang-ha tidak menolong, dia mungkin harus tingga lagi di Korea, yang tentu saja tidak mereka sukai. Pal-kang menuju ke rumah sakit dimana salah satu kliennya mengalami kecelakaan dan melukai kakinya. Jang-soo (pengagum Jin-ju) juga kebetulan ada di rumah sakit mencari klaim asuransi dan bergabung dengan Pal-kang dan menjamin keluarga itu kalau biaya rumah sakit mereka akan dibayar perusahaan.
Man-soo menyapa Pal-kang dengan antusias dan sekali lagi mengulangi ceritanya soal kecelakaan orang tua Pal-kang. Kali ini, ibu Man-soo berkata bahwa mungkin cerita Man-soo kedengaran tidak masuk akal, sesuatu terlihat aneh soal kecelakaan itu. Man-soo tidak pernah mengulangi cerita palsu selama ini dan ingat terus pada cerita itu. Setuju kalau ini patut dipikirkan lagi, Jang-soo menawarkan untuk menyelidiki lebih lanjut, berkata kalau dia juga punya perasaan kalau cerita itu mungkin tidak seluruhnya palsu.
Setelah bertemu dengan ibunya, Kang-ha minum di bar dan pulang telat malam itu. Dia terhuyung-huyung menuju gerbang depan, berhenti untuk menjawab telponnya. Telpon itu dari ibunya, yang berkata kalau dia mungkin mencari Kang-ha lagi besok. Ini membuat kemarahan Kang-ha memuncak dan Kang-ha membanting telponnnya, lalu berjalan terhuyung-huyung.
Pal-kang tiba tepat waktu untuk melihat ini, khawatir karena melihat Kang-ha meringis dan terhuyung-huyung. Dia mencium bau minuman keras dan bertanya ada apa. Kang-ha memandangi Pal-kang dan membuatnya terkejut dengan memeluknya. Wajah Kang-ha berubah putus asa ketika dia berkata, “Jangan menambah masalahku. Tidak kau juga.” Pal-kang berusaha membebaskan diri dan bertanya kenapa Kang-ha melakukan ini. Sambil memandangi Pal-kang, Kang-ha mulai mendekatkan wajahnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar