Terimakasih atas kunjungannya ke blog adilablogs , Jangan lupa meninggalkan jejak berupa KOMENTAR.

Sabtu, 10 September 2011

Sinopsis Wish Upon A Star – Episode 17


Pal-kang kaget mengetahui kenyataan kalau kakek yang selama ini dia kenal ternyata direktur utama JK. Kakek Jung kecewa mendengar bibi Jung-ae dan anaknya pindah tadi malam, seolah-olah kabur dari sesuatu. Kakek tetap memberikan jaminan pada Pal-kang kalau dia tetap akan menyerahkan uang yang sudah dia janjikan karena telah melacak keberadaan menantunya. Akan tetapi, Pal-kang marah. Dia merasa terluka karena kebohongan kakek. Apa kakek pikir dia melakukan ini hanya untuk uang? Dia melakukan ini karena dia merasa kasihan pada kakek, dan ingin melakukan apapun yang dia bisa.
Kakek cepat2 mengatakan kalau dia mengerti tapi Pal-kang malah berkata, “Apa yang kakek tahu? Apa kau berbohong pada kami karena kau takut aku akan memohon padamu karena kami tidak punya tempat tinggal?” Dan disinilah dia, berpikir tentang hal itu setelah dia merancang keluarganya, dia akan tinggal dengan kakek dan menantunya. Tapi tidak. Pal-kang akan melewati semuanya meski Nam sakit, hanya saja, kakek sudah berbohong padanya, “Lupakan. Sekarang aku benar2 muak dengan orang kaya.” Pal-kang mengalihkan pandangannya pada Kang-ha sebelum pergi.
Ketika kakek dan Kang-ha menunggu Pal-kang di luar klinik, kakek menjelaskan kalau dia mengerti kenapa Pal-kang marah padanya. Kakek seharusnya mengatakan yang sebenarnya dulu saat mereka bertemu kembali, jadi wajar kalau Pal-kang merasa dikhianati. Pal-kang keluar dengan Nam dan memperhatikan kedua pria yang menunggunya. Pal-kang mengabaikan saran Kang-ha kalau sebaiknya mereka naik mobil bersama kembali ke Seoul dan memberikan Pal-kang waktu untuk menghilangkan kesalahpahaman ini. Pal-kang tidak akan menganggap kebohongan ini sebagai kesalahpahaman dan mengatakan pada kakek kalau pun mereka bisa hidup bersama seperti sewaktu kakek masih seperti gelandangan, hal itu tidak mungkin lagi sekarang.
Pal-kang berjalan ke stasiun bus, “Kenapa aku begitu bodoh, Nam?” Selama itu pula, mobil Kang-ha mengikuti di belakang mereka dan kedua pria melihat dengan prihatin. Kakek Jung mengingatkan Kang-ha mimpi yang ingin dia capai dengan Jin Se-yoon dan menjelaskan kalau Pal-kang dan saudaranya adalah anak pria itu. Kakek menghargai mereka seperti cucu sendiri dan meminta Kang-ha jika mereka harus menemukan Jung-ae dan anaknya. Saat tiba di rumah, mood Pal-kang sangat muram. Dia memerintahkan adik2nya untuk segera mengemasi barang2 mereka. Anak2 bingung dengan keputusan yang mendadak ini, tapi pal-kang sedang tidak ingin memberikan penjelasan yang sebenarnya serta bersikeras jika mereka harus bergegas berkemas. Pal-kang akan memikirkan kemana mereka pergi.
Anak2 tidak ingin pergi tapi menyadari jika Pal-kang serius dan menurut saja. Tepat saat mereka akan pergi, Kang-ha tiba di rumah. Pal-kang mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal. Pa-rang menempel Kang-ha dan anak2 yang lain segera bingung pada perubahan yang cepat dalam diri kakak mereka. Saat Kang-ha bertanya kemana mereka ingin pergi, Pal-kang mengatakan pada Kang-ha untuk mengurusi urusannya sendiri. Kang-ha lalu mengajak Pal-kang bicara empat mata. Apakah Pal-kang harus bertindak sejauh ini? Apa Pal-kang tidak memikirkan kalau direktur mungkin punya alasan atas kebohongannya? Lebih jauh, Pal-kang membawa anak2, Pal-kang harus berpikir rasional ketimbang membiarkan emosi mengendalikan keputusannya. Pal-kang akhirnya untuk pertama kalinya menanggalkan kalimat2 sopannya pada Kang-ha.
Pal-kang: Karena kau, orang tuaku meninggal. Memikirkan kau adalah pangeranku yang berkuda putih, berpikir kau akan mengubah Nona Jin Yang Tidak Berguna menjadi seorang putrid, aku ingin terlihat bagus di matamu dan datang kesini sebagai pembantumu. Meski Nam sakit, aku ingin terlihat cantik bagimu jadi aku mengeriting rambutku. Karena aku tidak di rumah maka orang tuaku bergegas pulang. Akan lebih baik jika dari awal kau mengatakan padaku kalau kau akan menikahi Jung Jae-young. Dengan begitu aku tidak akan memimpikan mimpi bodoh dan bertindak dengan akal sehat. Aku muak dengan semua ini, aku tidak bisa lagi tinggal di rumah ini. Jika aku tinggal disini, dan memikirkan mimpi bodoh itu, aku pasti tidak ingin hidup lagi.
Apa yang bisa Kang-ha katakan soal itu? Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghilangkan rasa bersalah Pal-kang, jadi dia harus melepaskannya pergi. Setelah Pal-kang pergi dengan adik2nya yang menangis, Pal-kang membentak dirinya, “Jangan bergantung padanya saat kau tidak bisa memberinya apapun, Won Kang-ha. Biarkan saja dia pergi.” Dia memukul meja karena saking marahnya, sambil mengulang, “Biarkan saja dia pergi!” Jun-ha pulang dan mendapati rumah kosong. Dia bertanya pada Kang-ha apa yang terjadi. Kang-ha menjawab, “Mereka sudah pergi.” Jun-ha tidak mengerti, tapi Kang-ha melanjutkan, “Dia bilang dia muak tinggal disini, jadi dia pergi.”
Jun-ha meminta penjelasan. Kang-ha berkata dengan suara berat, “Cari tahu semuanya sendiri sekarang. Menemukan mereka terserah padamu dan mencari tahu apa yang harus dilakukan setelah menemukan mereka juga terserah padamu.” Jun-ha bertanya apa yang mendorong Pal-kang pergi, dan Kang-ha menjawab, “Tanyakan padanya saat kau menemukannya.” Jun-ha bertanya apa sikap Pal-kang ini karena pernikahan Kang-ha dengan Jae-young – mungkin dia merasa sakit untuk tetap tinggal. Tapi Kang-ha mengatakan bukan karena hal itu. Kang-ha juga tidak akan melibatkan dirinya, “Aku tidak punya hak ikut campur, jadi cari tahu saja sendiri!”
Untungnya, Pal-kang bisa mengajak anak2 ke tempatnya Eun-mal. Eun-mal khawatir jika anak2 akan merasa aneh tinggal di tempat kumuh setelah lama terbiasa dengan tempat mewah. Dia benar, anak2 tidak nyaman, tapi Pal-kang mengatakan kalau mereka akan baik2 saja. Jin-ju tidak tahan melihat anak2 memakan makan malam mereka dengan sikap enggan, dan pergi ke toko dengan Pal-kang untuk membelikan mereka camilan. Pal-kang protes – mereka harus melupakan gaya hisup mewah dan membiasakan diri hidup biasa, “sebab hidup akan sulit mulai dari sekarang.”
Jin-ju mulai membaca keadaan, merasa kalau ada hal lain dari reaksi Pal-kang itu. Dia bertanya, apa Pal-kang masih mencintai Kang-ha? Apa Pal-kang pergi karena rasanya sakit tinggal dalam satu rumah? Jin-ju menduga bahwa setelah lima tahun menyukai seseorang, wajar kalau dia akan merasakan hal yang sama lagi. Pal-kang bersikeras kalau kenyataannya tidak begitu, tapi Jin-ju tidak percaya dan memohon pada Pal-kang untuk mengungkapkan perasaannya pada Kang-ha. Alasan kenapa Pal-kang seperti ini sekarang adalah karena Pal-kang tidak bisa mengakui perasaannya pada Pal-kang sehingga memuncak dalam dirinya. Sekali lagi, Pal-kang berkata, “Aku tidak punya perasaan apapun pada Kang-ha, tidak ada sama sekali.” Jin-ju tidak mempercayainya, tapi membiarkannya begitu saja.
Tae-kyu histeris saat dia tahu keluarga Jin sudah pergi. Dia menempel Jun-ha untuk meminta jawaban, tapi Jun-ha juga tidak tahu apapun dan sama sekali tidak memperhatikan hysteria Tae-kyu. Salah sangka lagi, Tae-kyu menyalahkan dirinya karena membuat Pal-kang pergi – setelah menolak dirinya, Pal-kang pasti melihat Tae-kyu menderita dan merasa bahwa cintanya begitu membebani. Malam itu, Kang-ha mendapat telpon dari kakek Jung, yang bertanya apa Pal-kang sudah ada perubahan. Kakek ingin mampir ke rumah, tapi Kang-ha harus menjelaskan kalau Pal-kang dan saudara2nya sudah meninggalkan rumah. Kaget, kakek Jung pingsan lagi dan dibawa ke rumah sakit.
Malam itu, Eun-mal terbangun akibat Pal-kang yang mengigau kesakitan. Dia merasakan kalau Pal-kang demam, akan tetap Pal-kang malah mengatakan kalau dia hanya pergi minum obat maka keesokan harinya dia akan baik2 saja. Eun-mal mendesah kalau Pal-kang demam tinggi. Pal-kang mulai menangis saat dia ingat percakapan terakhirnya dengan Kang-ha dan harus berjuang untuk menyembunyikan tangisannya. Sedangkan, Kang-ha minum sendirian di kamarnya, memikirkan Pal-kang.
Di kantor JK, teman2 Pal-kang kaget mendengar kalau Pal-kang sudah keluar dari pekerjaannya. Pal-kang mulau bekerja di restoran, yang sangat sulit karena dia harus menjaga dua anak. Dia berjanji kalau hal ini tidak akan jadi masalah sebab Pa-rang bisa menjaga Nam dan sang pemilik resto membiarkan Pal-kang mulai bekerja. Pa-rang duduk di sebuah ruangan dengan Nam, dan mendapatkan ide brilliant. Dia mencuri hp kakaknya dan menelpon Kang-ha – yang shock melihat nomer Pal-kang muncul di hp-nya. Dia bahkan harus menenangkan diri sebelum menjawab telponnya. Dia sedikit kecewa setelah mendengar suara Pa-rang, yang menelpon Kang-ha untuk memberitahu dimana mereka tinggal jadi Kang-ha bisa datang.
Tapi malam itu malah Jun-ha yang muncul, yang membuat adik2 perempuan Pal-kang riang. Jun-ha menunggu di rumah Eun-mal selagi Pal-kang dan Pa-rang berjalan pulang. Pal-kang memuji adiknya karena bersikap baik sepanjang hari. Pa-rang berkata kalau dia merindukan Kang-ha, jadi Pal-kang menyuruh adiknya melupakan pria itu, “Gertakkan saja gigimu dan bilang, ‘aku tidak akan memikirkannya.’” Pa-rang bertanya, “Bagaimana kalau aku masih memikirkannya?” Pal-kang menjawab, “Kalau begitu pikirkan hal lain. Tidak, nyanyikan lagu itu.”
Pa-rang (bernyanyi): Pakaian dalam jin itu kotor, dia melipatnya di dalam, dia tidak mencucinya selama 2000 tahun, pakaian dalam itu baud an berlubang.
Setelah tiba di rumah, Jun-ha mengajak Pal-kang bicara, khawatir dan masih sedikit bingung. Pal-kang mengucapkan terima kasih pada Jun-ha atas semua bantuannya. Jun-ha menyuruh Pal-kang untuk pulang ke rumahnya tapi Pal-kang malah bilang, “Aku tidak akan pergi.” Berpikir kalau ini karena Kang-ha, Jun-ha mengatakan kalau kakaknya akan menikah dan pindah. Tapi Pal-kang menjawab, “Apa hubungannya denganku, entah dia menikah atau tinggal di rumah itu?” Pal-kang bangkit untuk kembali masuk. Jun-ha berkata, “Masalahnya, karena itulah kau pergi.” Setelah beberapa saat, Pal-kang menjawab, “Bukan itu.”
Jun-ha bisa terima kalau Pal-kang tidak mau kembali malam ini, tapi dia akan kembali lagi kesini besok dan seterusnya. Malam itu, Pal-kang sulit tidur dan dia menyelinap keluar selagi yang lainnya tidur. Bangun, Ju-hwang mengikutinya keluar, dimana dia mengatakan kalau ibu dan ayah tidak tahu kalau Nam sakit. Ju-hwang pasti sudah mendengar percakapan antara kakaknya dan Kang-ha, sebab dia menjelaskan bahwa di hari orang tuanya meninggal, ketika Pal-kang meninggalkan anak2 tepat saat Nami mulai demam, Ju-hwang tidak memberitahu ibu. Karena itulah, orang tua mereka bukan terburu2 pulang karena ingin memeriksa Nami saat mereka mendapat kecelakaan, “Jadi jangan pikir itu salahmu.” Ju-hwang membiarkan kakaknya merenung sendiri dan kenyataan ini membuat Pal-kang menangis.
Kakek Jung meminta Kang-ha membawa Pal-kang jadi dia bisa minta maaf. Alasan inilah yang membuat Kang-ha muncul di restoran saat Pal-kang sedang bekerja (Pal-kang melakukan pekerjaannya dengan bagus jadi pemilik resto itu senang). Pa-rang telah memberikan arah tempat kerja Pal-kang dan ketika dia mulai membentak adiknya, Pa-rang malah bersembunyi di belakang Kang-ha. Lucu sekali bagaimana Kang-ha menarik Pa-rang ke belakangnya seolah-olah menjauhkan Pa-rang dari reaksi kakaknya. Kang-ha meminta Pal-kang agar tidak marah pada adiknya, sebab dialah yang meminta informasi itu.
Meski Pal-kang berusaha menjauh dan dingin, dia tidak tahan pada berita kalau kakek Jung pingsan dan mencarinya. Untuk itulah, dia menemani Kang-ha ke RS, dimana Kang-ha menyingkir keluar dan membiarkan Pal-kang dan kakek bicara empat mata. Kang-ha duduk di luar bersama Pa-rang dan Nam. Pa-rang bertanya pada Kang-ha, “Itu tidak masuk akal, benar kan? Mengatakan tidak memikirkan sesuatu yang yang kau pikirkan.” Aneh bukan, kakaknya melakukan hal semacam itu?
Kang-ha juga merasa hal yang sama dan manjawab, “Pa-rang, aku juga mencoba melakukan itu. Ada hal yang terus aku pikirkan, tapi aku mencoba untuk tidak memikirkannya.” Kang-ha mengaku kalau dia minum banyak sekali untuk menghentikannya memikirkan hal itu, “Tapi kau tahu, seperti katamu, rasanya tidak masuk akal bila kau tidak memikirkan hal yang terus kau pikirkan. Benar2 tidak mungkin. Tapi kadang2 kau tidak punya pilihan.” Pa-rang tidak mengerti kalimat2 ini dan permisi untuk pergi ke kamar kecil, jadi Kang-ha melanjutkan percakapannya dengan bayi Nam.
Kang-ha: Mungkin… iya, mungkin aku memang mencintai kakakmu. Ini untuk pertama kalinya dengan wanita aneh seperti kakakmu. Tapi kau tahu, aku mencintai adikku sama seperti aku mencintai kakakmu. Aku sudah memberika banyak penderitaan untuk paman Jun-ha, jadi aku tidak bisa melukainya lagi. Karena itulah, aku tidak bisa mengatakan pada kakakmu aku mencintainya.
Kakek Jung menjelaskan semua keadaannya pada Pal-kang, tentang impiannya membangun RS bersama ayah Pal-kang. Setelah orang tua Pal-kang meninggal, dan kakek melihat perubahan pada diri Pal-kang, dan melihat bagaimana Pal-kang mengingatkan kakek pada ayahnya, kakek Jung ingin melaksanakan mimpi itu dengan Pal-kang. Karena itulah, kakek tidak memberitahu Pal-kang yang sebenarnya, sebab kakek ingin melihat bagaimana semuanya berubah, “Apa kau akan memaafkan kakek yang kejam ini karena bersikap egois?” Kakek bahkan ingin berlutut untuk minta maaf.
Kemarahan Pal-kang menurun, dia bahkan menggunakan nada bicaranya yang dulu dan memarahi kakek karena bersikap berlebihan. Kakek menggangap ini sebagai pertanda bagus, “Kalau begitu kau memaafkanku?” Tidak siap untuk melangkah sejauh itu, Pal-kang menjawab, “Aku hanya bilang jangan bersikap berlebihan. Kapan aku bilang aku memaafkanmu?” Tapi suasana yang dulu sudah kembali lagi. Kakek Jung meminta bertemu dengan Kang-ha, jadi Pal-kang keluar untuk memanggilnya – dan mendapati Pa-rang menghibur semua orang dengan lagu jin. Pa-rang menjelaskan, “Paman bilang dia punya sesuatu yang tidak ingin dia pikirkan juga, jadi aku mengajarkannya lagu ini.”
Penyebab kenapa kakek Jung memanggil Kang-ha yaitu untuk menyuruhnya mencarikan rumah baru buat Pal-kang. Pal-kang menolak tawaran ini, tapi kali ini bukan karena harga dirinya. Dia berterima kasih atas tawaran itu, tapi dia hanya tidak ingin masalahnya langsung diselesaikan dengan cara seperti ini – ini akan membuatnya kembali menjadi Nona Jin Yang Tidak Berguna. “itu seperti menang lotere.” Kakek menyarankan agar Pal-kang kuliah lagi tapi lagi2 Pal-kang tidak mau. Pal-kang tidak pernah jadi murid yang baik jadi ini juga bukan pilihan yang baik. Kang-ha mengatakan kalau belajar adalah sesuatu yang bisa dikembangkan dengan usaha, dan ini memancing pertengkaran kecil diantara mereka.
Pal-kang: Apa kau menyombong kalau kau murid yang baik?
Kang-ha: Kapan aku menyombong kalau aku murid yang baik?
Pal-kang: Orang yang pintar menjadi pengacara mungkin tidak tahu ada dunia lain di luar sama, dunia dimana segala mustahil meski sudah berusaha.
Kang-ha: Apa itu sesuatu yang perlu disombongkan?
Pal-kang: Kenapa kau dan kakek tetap mengatakan aku menyombong?
Kang-ha: Kau berkata tentang menjadi murid yang tidak baik seolah-olah kau bangga pada hal itu.
Pertengkaran ini mulai mengarah ke hal2 yang lain jadi Pal-kang membuat persetujuan dengan kakek. Sekolah tidak boleh ditanyakan padanya, jadi Pal-kang akan kembali ke JK dan menjadi agen asuransi yang hebat. Semuanya kembali jadi aneh dengan kehadiran keluarga Jung. In-gu dan Jae-young, yang mengenali Pal-kang, kaget melihatnya ada disana, mengobrol dengan kakek. Min-kyung berusaha mengendalikan ekspresinya, tapi dia kaget waktu kakek mengenalkan Pal-kang sebagai putrinya Jin Se-yoon, apalagi waktu menambahkan, “Dia seperti cucu sesungguhnya untukku.”
Kang-ha mengajak Pal-kang pergi untuk mengantarnya pulang. Jae-young mulai mengikuti tapi ibunya menahannya, mengingatkan kalau Pal-kang adalah putri Jin Se-yoon, yang Kang-ha temukan atas permintaan kakek. Jae-young menganggap Pal-kang sebagai ancaman bagi keluarganya – apalagi kakek memperkenalkannya sebagai cucunya sendiri, yang artinya dia akan mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan ayahnya. Ketakutan ini bahkan dibenarkan oleh kakek, yang menganakan kalau dia ingin menjadikan Pal-kang salah satu pewaris hartanya. In-gu kaget karena dia benar2 orang asing bagi keluarga Jung.
Jun-ha menunggu di luar rumah Eun-mal malam itu, siap untuk mengajak Pal-kang kembali ke rumahnya lagi dan disana pula dia melihat Pal-kang sampai dengan Kang-ha dan Pa-rang. Ini bukan pemandangan yang menyenangkan untuk Jun-ha. Setelah menjelaskan kalau keluarga Jin kenal dengan kakek Jung, Kang-ha pergi dan berjalan pulang sendiri dan Pal-kang berbalik untuk melihatnya pergi. Dia lalu mengantar anak2 masuk dan kembali lagi untuk menemui Jun-ha. Setelah mengulangi permintaannya untuk kembali, jawaban Pal-kanga hanya, “Aku lebih nyaman tinggal disini.”
Jun-ha berkata dengan sungguh2, “Untuk pertama kalinya, aku ingin mencuri sesuatu dari kakakku. Aku belum pernah merasakan itu sebelumnya, dan aku selalu menyembunyikan perasaanku. Tapi untuk pertama kalinya, meski kakakku mengatakan dia mencintaimu, aku tidak ingin mengalah darinya.” Pal-kang tidak tertarik dengan percakapan ini dan beranjak pergi, tapi Jun-ha menahannya. Jun-ha memohon, “Aku baru saja menyingkirkan cinta yang bertepuk sebelah tangan itu dan memulai lagi, aku memintamu untuk melakukan yang sama.”
Air mata mulai membanjiri mata Pal-kang. Dia sudah mencoba menahan selama mungkin kalau dia tidak menyukai Kang-ha lagi. Tapi kali ini dia tidak tahan.
Pal-kang berkata, “Bagaimana aku bisa? Aku ingat semuanya. Pada hari dia mengadakan ujian, dia berdiri di depan lift dan membiarkannya lewat begitu saja. Ketika dia makan, dia selalu minum air terlebih dahulu. Ketika dia membagikan kertas di kelas, dia selalu mulai dari kiri. Ketika dia putus asa, dia bicara dengan tangan di dalam kantong. Aku ingat semua itu – bagaimana aku bisa melupakan semuanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar