Terimakasih atas kunjungannya ke blog adilablogs , Jangan lupa meninggalkan jejak berupa KOMENTAR.

Sabtu, 10 September 2011

Sinopsis Wish Upon A Star – Episode 8


Pal-kang menampar Kang-ha, marah bahwa Kang-ha hanya peduli pada rumahnya yang terbakar ketimbang keselamatan anak yang terluka. Mereka saling tatap. Pa-rang mengerti bahaya marah-marah pada Kang-ha dan mulai berteriak menangis untuk meminta Kang-ha memaafkan kakaknya. Pa-rang berujar kalau Pal-kang tidak tahu apa yang dilakukannya dan tidak bermaksud menampar Kang-ha. Pa-rang juga memohon agar tidak disuir dari rumah itu.
Ada perubahan di wajah Kang-ha dan berikutnya kita tahu kalau dia merasa bersalah. Di kamarnya, dia mengingat kembali apa yang baru terjadi tapi ketimbang memikikan kebakaran itu ataupun kemarahannya, pikiran Kang-ha terpusat pada Pal-kang yang memanggilnya bajingan yang tidak punya perasaan.
Pa-rang tetap terisak, dan bertanya, “Jika kita diusir karena aku, apa yang akan terjadi pada kita?” Pal-kang mencoba menenangkan adiknya lalu beranjak untuk menemui Kang-ha. Pal-kang mendekat dengan penuh sesal dan meminta maaf karena sudah bertindak seperti tadi. Pal-kang juga bertanya apa pipi Kang-ha terluka karena tamparannya. Jawaban Kang-ha sangat tajam, “Bajingan tidak punya perasaan ini perlu tidur, jadi pergilah.” Tapi setidaknya, Kang-ha tidak lagi marah yang membuat Pal-kang tenang.
Faktanya, suasana menjadi lebih baik ketika Pal-kang berjanji untuk membuatkan sarapan yang enak besok. Kang-ha berkata, “Dan jangan pecahkan kuning telur gorengnya!” Pal-kang menjadi bingung tapi dia menerimanya begitu saja. Kelihatannya tadi Kang-ha tidak hati2 jadi dia kembali dengan mengkritik telur buatan Pal-kang.
Ju-hwang menghasilkan 20.000 won pada malam pertamanya bekerja di kios computer dan berjalan keluar dengan gembira. Di luar, dia dihentikan oleh tiga laki2 yang lebih dewasa yang juga bekerja di tempat itu, yang menawarkan untuk memegang uang itu untuk Ju-hwang. Ancamannya jelas dan Ju-hwang mencoba kabur, tapi mereka menarik Ju-hwang dan menendangnya ke tanah lalu mengambil uangnya.
Sambil menahan air matanya, Ju-hwang pulang ke rumah dan mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang terluka. Pal-kang bertanya bagaimana Ju-hwang mendapatkan luka itu dn bertanya-tanya apakah Ju-hwang baru saja berkelahi. Ju-hwang merasa cukup marah untuk melampiaskan semuanya pada Pal-kang dan berbicara lalu berhamburan keluar. Kang-ha melihat semua ini dari lantai atas.
Jae-young mabuk dan Jun-ha mengantarnya pulang. Jae-young merasa bodoh karena merasa tertekan ketika dia telah ditolak Kang-ha berkali-kali. Dia bersandar pada Jun-ha, yang merasakan sebuah perasaan tidak tentu pada sikap itu. Jun-ha menyelimutinya dan pergi tapi dia berhenti ketika Jae-young berkata, “Akan menyenangkan kalau itu kau. Kau cukup baik untuk membuat seseorang menangis. Akan menyenangkan kalau tadi itu kau. Tapi kenapa tidak?”
Suara Jun-ha mengeras dan berkata, “Kau pasti benar2 mabuk makanya mengatakan sampah itu!” Di rumah, Kang-ha melangkah keluar dimana Ju-hwang berdiri dalam kedinginan. Kang-ha meminta anak itu untuk masuk. Kang-ha menasehati bahwa karena dia tidak punya uang, dia tidak seharusnya mencoba untuk kabur. Ju-hwang hanya harus kembali ke rumah.
Ju-hwang menjawab kalau dia bukan orang yang keren yag pantas mendapatkan perlindungan. Ju-hwang adalah anak terkecil kedua di sekolah, yang kenapa anak2 selalu memilihnya. Dia tidak punya kekuatan. Dia mengaku kalau dia bekerja di kios computer dan dirampok. Kang-ha mengatakan kalau memiliki kekuatan bukan tentang berat badan dan bertanya pada Ju-hwang kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya pada Pal-kang. Ju-hwang menjawab tidak ada gunanya.
Sebelum mengirim Ju-hwang masuk ke dalam, Kang-ha mengungkapkan pemikirannya: “Kau bukan orang tanpa kekuatan!” Jun-ha pulang ke rumah tepat waktu untuk melihat itu dan berkomentar tajam, “Sekarang kau bahkan bicara dengan anak2. Kau sudah banyak berubah.” Kang-ha bicara membela dirinya, “Keluarga it uterus bicara padaku!” Jun-ha membalas, “Betapa pintarnya kau membuat alasan.”
Malam itu, anak2 tidur dengan mengikat diri mereka bersama untuk menjamin bahwa Pa-rang tidak berkelana. Ini artinya ketika pagi tiba dan Kang-ha bangun, dia merasa aman untuk sementara kalau anak itu tidak ada di kamarnya. Tae-kyu bangun dari tidurnya dan mendapati ada wanita di sisinya dan di wajahnya ada coretan lipstick. Tae-kyu ketakutan – kenapa dia disini? Kenapa gadis itu ada disini? Gadis itu mengingatkan Tae-kyu, “Kita setuju untuk menikah.” Tae-kyu ketakutan luar biasa dan merasa bahwa dia sudah mengkhianati Pal-kang, “Tidak! Sayang, aku minta maaf!”
Sampai di rumah, Tae-kyu bergabung di dapur. Karena ini adalah bagian dari rencana Jun-ha, maka Jun-ha bertanya tentang gadis di klub dan rencana pernikahan mereka. Tae-kyu berusaha untuk membuat Jun-ha diam sebab berpikir dia akan menyakiti hati Pal-kang. Sebaliknya, Pal-kang malah mengucapkan selamat pada Tae-kyu – meski begitu, Cho-rok, yang menjadi pendukung Tae-kyu, terluka. Cho-rok menuduh, “Aku tidak tahu kalau kau adalah pria seperti itu. Pengkhianat!”
Sebagai penebusan dosa, Tae-kyu mentraktir anak2 makan pizza dan ayam. Anak2 yang lain bersemangat tapi Cho-rok menolak untuk makan dan Tae-kyu memohon untuk dimaafkan. Tae-kyu malu pada dirinya sendiri dan mengatakan pada Cho-rok kalau dia merasakan hal yang sama seperti yang Cho-rok rasakan tapi Tae-kyu mengingatkan Cho-rok untuk ‘mencintai sang pembuat dosa dan membenci dosanya.’ Sambil berlutu, Tae-kyu berkata kalau hanya Cho-rok harapannya satu2nya. Akhirnya, Cho-rok melunak, “Jika kau mengecewakan aku lagi, aku bahkan tidak akan memanggilmu kakak.”
Upacara pemakaman klien Pal-kang berakhir dan putra dari almarhum mengucapkan terima kasih pada Pal-kang. Pal-kang berharap dia bisa mengikuti upacara sampai akhir tapi laki2 itu berkata kalau Pal-kang sudah cukup membantu. Laki2 itu juga sudah memberitahu sepupunya tentang Pal-kang dan dia berharap Pal-kang mampir untuk membicarakan tentang kebijakan asuransi. Pal-kang mengucapkan terima kasih atas kebaikan pria itu lalu menuju ke rumah sakit untuk memeriksa ibu laki2 itu, yang pingsan karena saking berdukanya. Pal-kang duduk bersama nenek yang menangis karena tidak mampu ikut ambil bagian dalam upacara pemakaman suaminya.
Pal-kang segera mencari cara untuk menghibur nenek dan mulai menyanyikan lagu yang sudah dia latih, lagu yang diminta nenek sebelaumnya. Pal-kang membawakannya dengan antusias dan tidak melihat Kang-ha, yang baru saja menjenguk Ketua Jung, memperhatikan dari lorong bawah. Akan tetapi, lagu ini hanya membuat nenek menangis lebih keras, sebab ini adalah lagu yang dulu biasa dinyanyikan suaminya. Pal-kang segera mengubah lagunya dan menawarkan lagu yang lebih ceria.
Dulu, Kang-ha tidak mau memberikan tumpangan pada Pal-kang. Namun kali ini berbeda. Kang-ha menepi dan menawarkan tumpangan pada Pal-kang. Tapi tentu saja ini Kang-ha yang jaim jadi dia berkata, “Masuklah. Apa kau tidak mendengarku?” Ini benar2 sangat tidak terduga hingga Pal-kang menggaruk-garuk kepalanya, heran kenapa Kang-ha mau repot-repot dan ada acara apa sebenarnya.
Tiba2 saja, Pal-kang sakit perut dan meminta Kang-ha untuk segera menepi. Pal-kang tidak bisa menunggu sampai tiba di rumah – dia harus ke kamar mandi sekarang! Kang-ha bergumam soal masalah sembelit keluarga Jin. Pal-kang menjawab kalau 6 saudara akan membuatmu mengalami hal itu.
Ketika Kang-ha menunggu di dalam mobil, dia mencium bau busuk yang aneh. Dia mengendus-endus dan menemukan sumber baunya: popok Nam perlu diganti. Popoknya sangat kotor ketika Kang-ha mencoba menggantinya dengan yang baru. Dan selama proses pergantian itu, Kang-ha terkena kotoran di tangannya, yang kemudian mengenai kemejanya yang membuatnya super jijik.
Saat Pal-kang kembali ke mobil, Kang-ha menyuruhnya membeli sabun untuk mencuci tangannya sebab kamar mandi disana kehabisan sabun. Ketimbang memberikan uang tunai, Kang-ha malah memberikan Pal-kang karyu kredit. Ketika Pal-kang kambali, Kang-ha mencuci tangannya dan berniat membuang bajunya. Ketakutan melihat kotoran itu, Pal-kang berkeras untuk mencucikan kemeja itu untuk Kang-ha lalu mengeringkannya di mesin pengering tangan. Pal-kang tidak mengeringkannya secara penuh jadi kemeja itu masih sedikit basah tapi Pal-kang bilang baju itu akan segera menghangat.
Sialnya, saat mereka kembali mobil Kang-ha menghilang. Polisi menangani laporan itu tapi mereka sudah tidak punya harapan – Pal-kang meninggalkan kunci mobil di dalam mobil, yang menggoda seseorang untuk mencurinya. Kang-ha kesal waktu polisi itu menyebut dirinya dan Pal-kang pasangan suami istri.
Merasa bersalah, Pal-kang berkata dengan sedih pada Kang-ha, “Kau tidak perlu memberiku bayaran.” Setidaknya Pal-kang masih punya metro card jadi mereka bisa pulang naik kereta. Tapi semuanya juga tidak membaik waktu seorang paman muntah di jaket Kang-ha. Sudah cukup buruk para penumpang yang lain mengira Pal-kang dan kang-ha adalah pasangan suami istri. Tapi paman yang muntah ini yang paling buruk.
Kembali ke kamar mandi, dimana Pal-kang mencuci jaket Kang-ha di keran. Kang-ha ingin membuangnya, tapi Pal-kang mengingatkan kalau Kang-ha akan mati kedinginan dengan kemejanya saja dan menyelesaikan tugasnya. Sayangnya, pengering tangan kamar mandi yang ini, rusak. Ini artinya, Kang-ha harus mengenakan jaket yang basah!
Kang-ha gemetaran waktu mereka berjalan di stasiun kereta bawah tanah dan Pal-kang melihat penjual makanan lalu menyarankan agar mereka membeli sesuatu yang hangat untuk dimakan. Pal-kang mencoba untuk menangkan Kang-ha dengan memujinya, dengan mengatakan pada Nam kalau paman pengacara adalag orang yang baik! Kenapa? Karena bahkan saat mobilnya kecurian, dia tetap membelikan mereka sate ikan. Pal-kang, “Ketika kau dewasa, kau harus menjadi orang yang mengagumkan seperti paman pengacara!”
Kang-ha sama sekali tidak berselera tapi Pal-kang menjamu dirinya dengan soondae (cumi goring) dan di atas itu, mandoo. Kang-ha sedikit kaget dan sedikit jijik pada selera makan Pal-kang yang banyak. Setiap kali Kang-ha membayar sesuatu, Pal-kang selalu mengulangi frase-nya, “Kau bisa mengambilnya dari gajiku.” Kang-ha mengingatkan Pal-kang kalau Pal-kang sudah berkata jika dia tidak perlu membayarnya, yang membuat suasana hati Pal-kang kempis untuk beberapa saat. Pal-kang bertanya apa Kang-ha benar2 berniat untuk tidak membayarnya.
Semangat Pal-kang jadi meluap lagi waktu melihat pedagang yang lain, yang kali ini menjual kentang manis yang sangat disukai anak2. Mereka berhenti untuk membeli beberapa dan Kang-ha memesan seharga 5000 won. Pal-kang bertanya pada pedgang dengan nada enggan, “5000 won tidak akan dapat banyak, kan?” Kang-ha mengubahnya, “10.000 won!”
Mereka melanjutkan perjalanan dan Kang-ha membungkuk karena kedinginan dan sekarang diganggu oleh bersin yang terus-menerus. Dengan enggan, Kang-ha mengeluarkan kentang manis dari Pal-kang yang bertanya, “Tidakkan kau senang?” Kang-ha memandang Pal-kang dengan bingung, “Apa?”
Pal-kang: Kau mungkin belum pernah makan kentang manis baker dari pedagang jalanan sebelumnya. Kau seharusnya sudah mati karena tidak tahu bagaimana rasanya, tapi aku menunjukkan padamu. Aku rasa kau mungkin berterima kasih.
Kang-ha: Popok kotor Nam, kehilangan mobilku, dimuntahi, berjalan dengan baju basah di musim dingin – ya, aku sangat berterima kasih hingga mau mati.
Pal-kang, tertawa: Meski kau bicara seperti itu, kau benar2 berterima kasih, kan? Jadi… tolong berikan aku gaji-ku.
Anak2 memakan kentang manis itu meski mereka merasa sulit percaya kalau Kang-ha yang membelikan itu untuk mereka. Pa-rang membela Kang-ha dengan mengatakan kalau dia adalah pria yang baik. Cho-rok bicara demi Tae-kyu, yang menghabiskan lebih banyak uang untuk pizza dan ayam. No-rang mengatakan kalau jika kau hanya peduli pada uang, maka kau matre. Jika kau memikirkan perasaan seseorang, maka Jun-ha yang terbaik.
Kang-ha bersin semakin serius sekarang dan ketika Pa-rang mengendap-endap ke kamarnya, dia berjubal di atas tempat tidurnya. Pa-rang mengucapkan terima kasih pada Kang-ha atas kentang itu dan ketika dia memperhatikan ekspresi wajah Kang-ha, dia bertanya apa Kang-ha sakit. Kang-ha berkata tidak tapi jelas sekali kalau dia sakit.
Pa-rang memberitahu Pal-kang kalau Kang-ha terlihat sakit, jadi dia naik dengan membawa teh hangat. Kang-ha meminta Pal-kang untuk pergi, menolak teh-nya, tapi Pal-kang merasa bersalah dan mendekat juga. Duduk di samping Kang-ha, Pal-kang meminta Kang-ha untuk minum teh-nya. Pal-kang menjelaskan kalau ketika dia merasa bersalah, dia akan berhenti membuat masalah dengan memberikan ganti rugi. Contohnya, dia merasa bersalah atas popok yang kotor tapi itu malah membuat Kang-ha kehilangan mobilnya. Pal-kang merasa sangat bersalah malam ini hingga tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.
Ketika Pal-kang memeriksa dahi Kang-ha, ternyata Kang-ha demam. Akan tetapi, Kang-ha memberitahu Pal-kang berulang-ulang kalau dia baik2 saja dan bahwa Pal-kang harus meninggalkannya sendiri yang membuat Pal-kang enggan mengganggu Kang-ha lagi. Di bawah, Pal-kang mempersiapkan kompres dingin untuk demam Kang-ha tapi dia ragu2 sebab tidak ingin mengganggu Kang-ha lagi.
Jadi, ketika Jun-ha pulang ke rumah, Pal-kang menganggapnya sebagai waktu yang tepat – apa Jun-ha bisa membawa kompres ini ke atas? Jun-ha bersedia dan dia memeriksa kakaknya serta menyarankan agar dia pergi ke rumah sakit. Kang-ha berpikir kalau itu tidak penting dan berhasil membuat saudaranya tersenyum. Jun-ha menjelaskan kalau Kang-ha terlihat manusiawi sekarang karena dia sakit.
Jun-ha menemukan Pal-kang membuat air lemon hangat dan ekspresinya menjadi kesal sebab Pal-kang segitu pedulinya. Jun-ha bertanya dengan curiga, “Kau belum menyerah terhadap Kang-ha, kan?” Pal-kang menyangkalnya dan menjamin kalau dia sudah sadar. Dia hanya merasa bersalah karena sudah membuat Kang-ha kesal hari ini. Pal-kang menjelaskan, “Aku tidak akan memikirkan hal lain sampai Nami lulus kuliah. Saat aku datang untuk tinggal disini, aku memotong rambutku di kamar mandi sauna dan memutuskan: ‘Aku bukan lagi seorang wanita. Aku hanya seorang ibu sekarang.’”
Pada pagi harinya, Kang-ha menemukan air lemon di sisi tempat tidurnya, yang dia minum. Di sampingnya ada sebuah pesan dalam secarik kertas dari Pal-kang: ‘Ketika aku menerima gajiku, aku akan membelikanmu vitamin yang bagus. Sungguh, kau bisa mempercayaiku. Jadi hari ini, aku menunjukkan kalau aku minta maaf dengan air lemon ini.’
Kang-ha tersenyum pada kata2 itu. Sedangkan, Pal-kang mempersiapkan makanan orang sakit untuk Kang-ha: bubur. Akan tetapi, Kang-ha sama sekali tidak memakannya sebab dia turun ke bawah sudah berdandan dan siap pergi kerja. Kang-ha tidak membuang-buang waktu menuju pintu yang membuat Pal-kang berkomentar, “Kau pasti benci melihatku karena aku membuatmu sakit.” Kang-ha menjawab dengan sikap biasanya, “Selama kau tahu.” Tapi itu tidak membuat Pal-kang sakit hati, dia hanya takjub melihat betapa gampangnya Kang-ha mengucapkan kalimat2 kejam seperti itu.
Kakek/ Ketua Jung telah mendengar pesan terakhir ayah Pal-kang dan hancur setelah mendengar kalau suami istri Jin meninggal salam kecelakaan mobil. Sekarang kakek sudah memulihkan ingatannya, dia datang ke lingkungan lama tempat tinggal keluarga Jin. Kali ini, kakek mengenali Man-soo dan bertanya kemana Pal-kang pergi. Mendengar kalau Pal-kang sudah pindah, kakek pergi.
Tidak berapa lama kemudian, Pal-kang tiba juga disana untuk bicara pada orang tua Man-soo tentang kebijakan asuransi keluarga mereka. Man-soo mengatakan kalau kakek Jung baru saja kesini menanyakan Pal-kang dan Pal-kang langsung bergegas untuk mencarinya di jalan raya. Kakek sudah benar2 menghilang ketika Pal-kang tiba disana tapi ketika Pal-kang berjalan lesu ke perhentia bus, dia melihat sosok kakek disana dan langsung memanggilnya. Wajah kakek langsung berubah cerah waktu melihat Pal-kang.
Seperti yang disebutkan, Ketua Jung sudah memulihkan ingatannya. Setelah pingsan mendengar sebuah voicemail, dia dibawa ke rumah sakit dan dia berbaring dengan sadar tapi tidak bicara apa2. In-gu tidak mengerti kenapa tapi Min-kyung mengerti bahwa kakek pasti sudah kembali ke akal sehatnya dan sekarang sedang memproses informasinya.
Ketika mendengar orang tua Pal-kang meninggal dalam kecelakaan, kakek Jung sakit hati. Tidak tahu kalau kakek sudah tahu tentang kematian itu, Min-kyung membuat perjanjian dengan pria mencurigakan dan menyuruhnya untuk mengatakan pada kakek kalau keluarga Jin tidak bisa ditemukan.
Meskipun Jae-young tidak cukup buruk, ada seorang wanita lagi dalam kehidupan Jun-ha. Wanita ini punya gaya rambut yang mirip dengan Jae-young dan ternyata dia adalah mantan pacar Jun-ha semasa kuliah dulu. Wanita ini menelpon setelah 3 tahun tidak bertemu. Jun-ha menyambutnya dengan ramah dan mereka pergi ke bar untuk mengenang kembali masa2 kuliah dulu. Wanita itu mengatakan kalau semua wanita dulu berpikir kalau Jun-ha menyukai mereka sebab Jun-ha sangat baik hati padahal pada waktu itu Jun-ha hanya bersikap ramah.
Wanita itu bertanya apakah Jun-ha akan berkencan dengannya bila dia bercerai. Jun-ha dengan mudah berkata iya tapi ketika wanita itu bertanya apakah Jun-ha akan mempertimbangkan untuk menikahinya, Jun-ha berkata tidak. Wanita itu berkata dengan sedih, “Apa aku tahu, kau mungkin kelihatan seperti pria yang sangat baik tapi kau benar sangat kejam.”
Ketua Jung memutar kembali voicemail yang berbunyi: “Tuan… Putra anda…. Anak… Adalah…” Untungnya, kakek cepat melihat pesan yang rusak dan memanggil Kang-ha untuk membantunya. Kakek ingin Kang-ha menemukan seseoang untuknya, dengan cepat dan rahasia – cucunya.
Tapi ini tidak semudah yang kakek kira untuk bisa melakukannya secara diam2, sebab kenalan Min-kyung memberikannya sebuah rekaman karena orang ini sudah secara rahasia merekam percakapan kakek dan Kang-ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar