Terimakasih atas kunjungannya ke blog adilablogs , Jangan lupa meninggalkan jejak berupa KOMENTAR.

Sabtu, 10 September 2011

Sinopsis Wish Upon A Star – Episode 18


Pal-kang menjelaskan kalau dia tidak bisa menerima Jun-ha saat dia masih ingat semua hal tentang Kang-ha, “Tidak peduli sekeras apa aku mencoba, aku tetap tidak bisa.” Jun-ha berkata, “Mungkin aku tidak begitu menyukai Jae-young. Dalam beberapa hal, aku berhenti mengingat semua hal tentang dia.” Suasana menjadi lebih ceria selama makan malam, ketika Jun-ha menceritakan bagaimana rasanya tumbuh dengan ayahnya, yang dia jelaskan sebagai pria ‘yang dingin.’ Jun-ha selalu takut padanya, tapi Kang-ha tidak dan malah selalu bertengkar dengannya.
Pertengkaran yang sering terjadi membuat yang lainnya jadi sulit dan ibu mereka sering menangis, jadi meski Jun-ha lebih senang tinggal di luar rumah, dia akan pulang sebab kalau tidak ibunya pasti sendiri. “aku rasa karena itulah aku jatuh cinta pada Jae-young. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia tidak menangis. Penasaran sekali bertemu dengan wanita yang tidak pernah menangis, jadi aku menyukainya.” Begitulah, ibu mereka selalu memperhatikan Kang-ha.
Kenyataan ini sangat jauh dari bayangan Pal-kang tentang Kang-ha, dimana dia berpikir kalau Kang-ha siswa yang baik. Jun-ha menjelaskan kalau Kang-ha berubah setelah orang tua mereka meninggal, “Seperti orang yang pulang dari pertempuran yang sengit.” Jun-ha merasa lebih baik setelah mengeluarkan semua ini dari hatinya, “Kau seharusnya datang lebih awal. Dengan begitu aku akan menghabiskan lebih sedikit waktu merasa putus asa. Tapi ini lebih baik ketimbang tidak bertemu denganmu sama sekali, jadi aku memaafkanmu karena muncul sekarang.”
Ketika Jun-ha pulang ke rumah, dia mendatangi Kang-ha yang minum sendirian di mejanya, dan memintanya untuk memikirkan lagi pernikahannya dengan Jae-young, “Kau tidak mencintainya. Kau mencintai orang lain.” Kang-ha tidak menjawab.
Jun-ha: Aku tidak mengerti kenapa kau berpikir kalau kau tidak bisa bersama Pal-kang.
Kang-ha: Karena aku sombong.
Jun-ha: Jangan membuat alasan seperti itu. Apa alasan sebenarnya?
Kang-ha: Itulah alasannya.
Jun-ha: Apa ini karena aku? Kalau iya, jangan khawatir. Aku sudah terbiasa menyingkir.
Kang-ha: Tidurlah.
Jun-ha: Pal-kang tahu banyak tentangmu. Dia bahkan tahu kebiasanmu yang tidak kau sadari.
Kang-ha: Berhentilah mengatakan hal tidak berguna dan pergi tidur.
Jun-ha: Aku meminta Pal-kang untuk memerhatikanku. Tapi dia tidak bisa. Begitulah perasaannya padamu…
Kang-ha: Tolong tidurlah!
Jun-ha: Aku memberikan kesempatan padamu. Ini kesempatan terakhirmu, jadi jangan lepaskan.
Kang-ha: Aku tidak perlu kesempatan seperti itu.
Jun-ha: Kalau begitu, mulai sekarang orang yang ada di sisi Pal-kang adalah aku. Aku minta – jangan sakiti perasaannya lagi.
Kakek Jung mengatakan pada Kang-ha kalau dia akan memasukkan Pal-kang dalah wasiatnya, memberikannya posisi yang sama dengan Jae-young dalam hal warisan. Kang-ha akan mengurus wasiat itu. Kakek memanfaatkan kesempatan ini untuk menanyakan Kang-ha tentang Pal-kang. Setelah melihat mereka bertengkar tempo hari – kakek tidak pernah melihat Kang-ha begitu banyak bicara, atau bersikap seperti itu. “Apa Pal-kang membuatmu menyukai itu? Aku ingin tahu apa kau punya perasaan padanya.” Kang-ha terlihat kaget, tidak berharap akan ketahuan seperti ini, tapi tetap pada kalimat biasanya, “Aku akan menikahi Jae-young.” Kakek malah menasehati Kang-ha untuk memikirkannya lagi sebab menjalani pernikahan tanpa cinta akan membawa mereka pada ketidakbahagiaan.
Pal-kang disambut kembali oleh teman2 sekerjanya, tapi Jae-young meminta berbicara dengan Pal-kang. Melihat Pal-kang dengan curiga, Jae-young menuduh Pal-kang telah melakukan taktik cepat untuk memenangkan hati kakeknya. Cerita yang ada tidak masuk akal bagi Jae-young, tidak berguna sebab Pal-kang dulu mencurigakan dan dia tidak suka mendengar kalau ayah Pal-kang adalah teman kakek tanpa Pal-kang pernah tahu kalau kakek bukan sekedar pengemis.
Pal-kang merasa tidak perlu membela dirinya, berkata meskipun Jae-young tidak mempercayainya, inilah kebenarannya. Jae-young tidak percaya, dan menekankan, “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” Tidak maukah Pal-kang jujur tentang keinginannya? Meski begitu, Jae-young adalah pewaris JK dan dia pantas tahu, kalau saat ini Pal-kang akan punya kekuasaan di perusahaan ini (JK).
Ini berita besar buat Pal-kang, tapi Jae-young menyindir, “Apa kau akan berpura-pura begitu naïf? Kau telah menjadi pewaris kakek dank au bilang kau tidak mengerti apa yang aku ucapkan?” Mengabaikan Jae-young, Pal-kang segera pergi, berniat untuk mencari tahu apa yang terjadi. Jun-ha mendekati Jae-young saat Pal-kang sudah pergi, dan mengatakan pada Jae-young agar tidak mengganggu Pal-kang – dia sudah punya banyak masalah. Berpikir untuk mempertahankan warisannya, Jae-young tiba2 menyarankan, “Kau nikahi Pal-kang.”
Jae-young memberitahu ide ini pada orang tuanya, jika Pal-kang dinikahkan dengan Jun-ha maka hal itu akan menyelesaikan masalah warisan. Pal-kang masuk ke kantor kakek Jung dan menanyakan tentang urusan warisan itu. Apa yang kakek maksud dengan ini? Dia tidak menginginkannya. Kakek menjelaskan kalau Pal-kang sudah seperti cucunya sendiri, jadi tidak aneh meninggalkan warisannya pada Pal-kang. Untuk itulah, ini tidak sama dengan menang lotere. Pal-kang menjawab, “Bagiku, iya. Kau melakukan ini karena hubunganmu dengan orang tuaku. Aku tidak mendapatkannya dengan usahaku. Kenapa harus aku terima?”
Kakek tidak melihat apa masalahnya – Pal-kang bisa menggunakan uang ini untuk membesarkan keluarganya dengan nyaman. Sikap keras kepala Pal-kang berubah menjadi sedikit terlihat tolol sampai dia berteriak, “Ini karena aku takut sebab aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan dengan uang itu!” Pal-kang mengingatkan kakek hal2 bodoh yang dulu dia lakukan, seperti memecahkan celengan adiknya untuk menata rambutnya atau memakai hutang kartu kredit untuk membeli tas bagus, “Aku tidak bisa mempercayai diriku. Aku tidak bisa memberitahu orang lain, tapi aku juga tidak menyukai diriku sendiri. Aku sering bertanya-tanya tiap malam kalau saja aku tidak hidup seperti itu dan semua itu membuatku pusing. Tapi aku tidak merasakannya sekarang. Aku tidak punya uang atau tepat tinggal, tapi pikiranku ringan.”
Faktanya, Pal-kang begitu tidak ingin mengambil warisan ini hingga dia menyuruh kakek untuk menuliskan kalau dia bukan salah satu pewarisnya. Kakek menenangkan Pal-kang dan memanggil Kang-ha ke kantornya. Kemunculan Kang-ha membuat Pal-kang kaget dan kali ini Kang-ha yang kaget melihat Pal-kang bertengkar dengan kakek. Kenapa Kang-ha disini saat wasiat itu tidak akan hubungannya dengannya? Kakek menjelaskan kalau Kang-ha mengurusi wasiat ini dan Pal-kang menjawab, “Apa kakek tidak tahu bagaimana caranya menulis?”
Kakek menjelaskan kalau orang sukses seperti dirinya harus menggunakan jasa orang lain untuk melakukan hal ini agar terlihat keren. Pal-kang menjawab, “Pasti menyenangkan.” Kakek menjawab, “Memang. Kau buatlah sukses dirimu, lalu minta Kang-ha untuk menulis wasiatmu.” Kakek menyuruh Kang-ha mengeluarkan kalimat yang melibatkan Pal-kang dalam wasiatnya. Kakek berkata, “Aku tidak akan membuang-buang uangku pada orang yang tidak mau menerima warisanku.” Ini membuat Pal-kang senang, jadi kakek Jung menyuruhnya pergi. Setelah pergi, kakek tertawa melihat keras kepalanya Pal-kang. Berlawanan dengan ucapannya dihadapan Pal-kang, kakek menyuruh Kang-ha untuk menulis wasiat baru dan mencantumkan Pal-kang di dalamnya. Akan tetapi, mereka akan merahasiakan yang satu ini, sebab dia tahu sekarang merupakan sebuah kesalahan mengatakan keinginannya pada keluarganya.
Saat makan siang, Jun-ha bermain dengan Nam sambil menunggu Pa-rang yang menjemput Pal-kang. Ketika tiba, Pal-kang mencoba mengambil Nam dari Jun-ha – sebab merasa bersalah – tapi Jun-ha kembali menjadi paman yang baik dan mengatakan kalau dia baik2 saja. Pal-kang kembali merasa kalau sikap Jun-ha ini sangat membebani dan Jun-ha tetap saja seperti sebelumnya tidak peduli.
Pa-rang ingin sekali mampir di kantor Kang-ha dan Jun-ha mencoba mengalihkan perhatian anak itu. Jun-ha tidak suskes tapi saat itu terjadi, Kang-ha akhirnya tiba juga dan Pa-rang mengundangnya juga untuk makan siang. Akan tetapi, melihat wajah tidak nyaman pada Pal-kang dan Jun-ha, Kang-ha menolak. Jae-young menemukan Kang-ha di teras luar dan mengingatkannya pada pesta pertunangan mereka yang akan segera dilaksanakan. Kang-ha sudah setuju dengan semuanya tapi dia menunjukkan reaksi yang sangat minim pada Jae-young. Untuk itulah, Jae-young mendekati Kang-ha dengan gencar, berterima kasih karena Kang-ha sejauh ini sudah mau menurut.
Jun-ha menawarkan untuk membiarkan anak2 tinggal di kantornya selama beberapa waktu. Sekali lagi Pal-kang menolak kebaikan Jun-ha, tapi Jun-ha menambahkan kalau ini memang demi kebaikan anak2, bukan Pal-kang. Pasti sulit bagi mereka untuk mengekor selama Pal-kang bekerja dan jujur saja, kalau Pal-kang tidak begitu ingin mencari uang, ini akan membuat Pal-kang focus pada pekerjaannya. Ketika Jun-ha mengantar Pal-kang setelah makan siang, Jun-ha menyarankan agar Pal-kang focus pada pekerjaan untuk menghindari memikirkan hal lain. Kemudian, Jun-ha mengatakan pada dirinya sendiri, “Aku sudah memberikan Kang-ha kesempatan terakhir. Jadi aku tidak akan merasa bersalah.”
Pal-kang mendapatkan kontrak baru dengan seorang klien yang justru menghubungi Pal-kang lebih dulu. Klien ini mengatakan kalau ada rumor yang mengatakan jika Pal-kang adalah agen yang memperlakukan kliennya seperti keluarga. Pal-kang senang dan dengan senang hati memberikan polis asuransi pada klien itu. Pria itu memperlakukan Pal-kang dengan baik tapi saat Pal-kang pergi, dia bertanya pada bawahannya apakah Pal-kang adalah agen dengan catatan terburuk. Aneh!
Kang-ha menemani Jae-young dan ibunya ketika mereka selesai berbelanja untuk pesta pertunangan yang akan datang. Kang-ha terlihat tidak tertarik, menjawab saat opininya diperlukan tapi sama sekali tidak mengerti pertanyaannya. Kang-ha pergi dan Min-kyung mengatakan kalau dia seperti sapi yang akan disembelih. Ketika para wanita itu berbelanja, Kang-ha memikirkan kembali perkataan Jun-ha kalau Pal-kang tahu banyak tentang dirinya. Pal-kang menjemput Nam di tempat penitipan dan penjaganya mengatakan jika Nam kurang sehat hari ini. Pal-kang mengira kalau hal ini terjadi karena perubahan di lingkungan tempat tinggalnya.
Pal-kang pulang ke rumah dengan Nam dan Pa-rang dimana mereka menemukan rumah ramai: kakek dan Jun-ha mampir untuk makan malam. Kakek datang dengan membawa daging untuk dipanggang dan Jun-ha membawa hadiah. Hadiah itu berupa alat elektronik yang berhubungan dengan hp Jun-ha, dan bahkan punya fungsi suara. Anak2 berpikir kalau Jun-ha asik dan tidak mengerikan. Jun-ha juga punya hadiah buat Pal-kang dan memberinya sebuah kotak. Yang terakhir, ada bingkai foto elektronik yang bisa menunjukkan slide foto.
Keesokan harinya, Pal-kang bergegas ke tempat penitipan setelah menerima telpon darurat tentang kesehatan Nam. Apa yang terlihat kemarin sekarang memburuk dan Nam harus dibawa ke rumah sakit. Eun-mal harus pergi malam itu jadi Jun-ha menjamin kalau dia akan menjaga anak2 dan membawa mereka ke rumahnya. Anak2 berbaris untuk memberikan Kang-ha hadiah pernikahan: hadiah itu adalah bingkai foto elektronik yang isi fotonya adalah foto keluarga Jin.
Anak2 yang lain harus pergi, tapi Pa-rang tetap tinggal dan bertanya, “Apa kau benar2 akan menikahi bibi yang mengerikan itu?” Ini artinya Pa-rang tidak akan bisa tidur di tempat tidur yang sama dengan Kang-ha lagi, “Aku bisa jika kau menikahi kakakku. Kau sangat jahat! Kau menyukai kakakku, aku tahu itu!” Sedangkan, Pal-kang menunggu dengan gelisah hasil pemeriksaan Nam dan hasilnya tidak bagus. Bahkan cenderung kritis.
Pal-kang tidak percaya ini – Nam begitu sehat. Dokter menjawab kalau ini memang sering menjadi masalahnya, bahwa bayi terlihat begitu sehat dan penyakitnya terdeteksi lebih lambat. Pal-kang meminta dokter melakukan sesuatu, dan mengatakan kalau ini masalah kritis jadi cara terbaik bagi Nam adalah mendapatkan transplant hati sesegera mungkin.
Pal-kang dites, tapi dia bukan pendonor yang tepat, yang memang masuk akal karena dia bukan kakak kandung Nam. Karena RS itu penuh dan dokter spesialis tidak ada, mereka merujuk Nam ke RS lain. Akan tetapi, mereka mengingatkan kalau masalah tersebesarnya adalah menemukan donor yang tepat. Merasa putus asa, Pal-kang meminta informasi kantor adopsi tentang keluarga Nam, tapi mereka juga tidak bisa membantu. Di samping karena memang tidak mampu, panti asuhan asal Nam juga sudah tidak ada lagi.
Malam itu, Pal-kang benar2 takut dengan vonis dokter. Dia tidak sadar kalau pada saat yang sama Kang-ha sedang parkir di luar gedung, melihat kea tap gedung itu. Ini adalah malam sebelum pertunangannya, dan dia bahkan tidak yakin kenapa dia kesini malam ini. Dia berkata pada diri sendiri, “Hanya untuk hari ini, sebab aku tidak akan datang lagi – aku tidak bisa datang lagi.”
Ketika dia melayangkan pandangannya, dia melihat Pal-kang keluar dari gedung itu bersama Nam dan cepat2 memanggil taksi. Pal-kang telah menerima telpon dan buru2 ingin menemui kenalannya itu. Kang-ha membuntuti taksi itu penuh rasa penasaran. Taksi menurunkan Pal-kang di depan sebuah panti asuhan, dan saat itulah Kang-ha keluar dan mengejutkan Pal-kang. Berpikir kalau Pal-kang kesini untuk menyerahkan Nam, Pal-kang dimarahi Kang-ha dan bahkan ditampar. Kang-ha berkata, “Apa harga dirimu sebegitu pentingnya? Kalau keadaannya begitu sulit, kau seharusnya minta bantuan presdir atau aku! Tidak, aku tidak punya hak, tapi kau setidaknya harus minta bantuan Jun-ha!
Kang-ha mengutuk perbuatan Pal-kang, sebab dia mengira Pal-kang tidak terlalu hidup susah hingga membuang Nam ke panti asuhan. Pal-kang berkata pada Kang-ha, “Jika kau tidak tahu apa2, jangan ikut campur dan pergi saja.” Kang-ha mengatakan, “Kau menolak warisan presdir, tapi mana mungkin kau lalu membuang Nam ke panti asuhan? Apa yang kau lakukan? Apa yang kau pikirkan?” Pal-kang berteriak, “Nam sakit!” Pal-kang mulai menjelaskan tentang kenalannya dan Kang-ha pun mulai mengerti keadaan sebenarnya. Pal-kang mengatakan kalau dia harus menemukan keluarga biologis Nam, sebab dia perlu transplant. Wanita itu bersimpati tapi minta maaf – Nam ditinggalkan tanpa info apapun, yang membuat semuanya jadi sulit.
Kang-ha tidak tahu kalau keluarga Jin ternyata semuanya adopsi. Dia bertanya kenapa Pal-kang tidak pernah mengatakannya sebelumnya. Pal-kang mengatakan kalau dia adalah anak kandung orang tuanya, tapi dia tidak mengerti kenapa dia harus menjelaskan semua ini, “Kenapa aku harus bilang kalau saudaraku tidak punya hubungan darah?” Pal-kang khawatir pada Nam, yang dia ajak untuk mencari tahu tentang informasi keluarganya. Tanpa itu, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Sekarang Kang-ha mulai mengusahakan. Dia menjelaskan kalau Pal-kang tidak bisa menemukan bantuan pada satu RS maka harus pergi ke RS yang lain. Dan dia tentu harus minta tolong. Pal-kang berkata pertolongan macam apa yang harus diminta? Menemukan donor adalah hal terpenting, jadi prioritasnya adalah menemukan keluarga biologis Nam. Kang-ha mengatakan kalau tidak ada alasan jika pendonor harus keluarga biologis, “Kau harus mencari ke seluruh dunia sampai kau menemukannya!”
Pertengkaran itu dihentikan oleh Nam, yang mulai menangis kesakitan. Takut, mereka segera ke RS. Dokternya bahkan tidak bisa memberikan kata2 yang membantu, sebab kelihatannya Nam semakin memburuk dan kondisinya juga semakin parah. Pal-kang mulai menangis dan Kang-ha mencoba menenangkannya. Kang-ha mulai menelpon dan mulai menelpon teman2nya untuk minta bantuan.
Pal-kang duduk dengan sedih saat dia menunggu, tapi tiba2 saja dia ingat kalau malam ini adalah malam pertunangan Kang-ha. Dia meminta Kang-ha untuk pergi. Ketika hp Kang-ha bunyi, dia langsung melihatnya dengan cepat, berpikir kalau itu mungkin saja salah satu kenalannya, tapi ternyata telpon dari Jae-young. Kang-ha tidak menjawabnya. Ini membuat Jae-young dan keluarga Jung menunggu pengantin pria dengan khawatir. Upacara pertunangan segera dimulai dan para undangan akan segera tiba.
Kang-ha menerima telpon adiknya, yang juga berada di lokasi pertunangan. Kang-ha meminta Jun-ha untuk datang, yang membuat Jae-young juga ikut ke rumah sakit. Tidak tahu apa masalahnya, mereka berdua kaget melihat Kang-ha di RS bersama Pal-kang. Kang-ha berkata pada adiknya, “Nam sakit. Sekarang kau tinggalah bersama Pal-kang.” Kang-ha tidak ingin meninggalkan Pal-kang sendiri, tapi sekarang Jun-ha ada disini menggantikannya, jadi dia pergi. Ketika Jae-young mulai memarahi Pal-kang, Kang-ha menariknya.
Jae-young tidak mengerti kenapa Kang-ha harus ada disini ketika yang sakit adalah adik Pal-kang. Kang-ha menjawab, “Aku tidak tahu kenapa aku disini. Tapi aku hanya merasa kalau aku harus ada disini. Aku tidak bisa pergi dan meninggalkannya sendirian.” Jae-young menampar Kang-ha dan meminta penjelasan, “Kenapa begitu? Siapa dia buatmu?” Kang-ha menjawab, “Aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu siapa dia bagiku. Tapi aku tidak bisa pergi. Dengan dia menderita sendiri, aku tidak bisa pergi dan bertunangan denganmu.” Jae-young berkata dengan marah, “Bagaimana mungkin kau tega berkata demikian padaku?”
Kang-ha membuat semuanya jadi singkat dan menawarkan kalau mereka menikah tanpa bertunangan. Tapi Jae-young tidak bisa menerima ini. Malah, hal ini membuatmua semakin marah – apa Kang-ha berpikir kalau dia sudah mau menikah maka masalah akan selesai. Memang tidak tapi Kang-ha tidak punya gagasan lain. Kang-ha putus asa dan nada suaranya semakin penuh kebencian ketika dia memohon, “Kalau begitu apa lagi yang kau mau? Hanya itu yang bisa aku lakukan! Aku bisa melepaskan wanita yang kucinta tapi tidak adikku. Karena itulah aku menikahimu – apa itu tidak cukup?”
Setelah itu, ada sebuah suara di belakang Kang-ha, “Apa yang harus aku lakukan dengan ini?” Jun-ha mendekat, matanya mencurigakan, “Kenapa membawa-bawa namaku saat kalian membicarakan pernikahan kalian? Kenapa kau harus menikahi Jae-young karena aku?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar