Terimakasih atas kunjungannya ke blog adilablogs , Jangan lupa meninggalkan jejak berupa KOMENTAR.

Sabtu, 10 September 2011

Sinopsis Wish Upon A Star – Episode 9


Pal-kang berbincang dengan Kakek Jung, khawatir pada kesehatannya. Kakek selalu bersikap sebagai orang yang sangat sederhana, jadi Pal-kang berpikir kalau kakek orang miskin. Lebih mudah membiarkan Pal-kang berpikir demikian ketimbang menceritakan cerita yang mengungkapkan kalau kakek sebenarnya adalah Chairman JK Group, jadi kakek tidak memberitahunya apa-apa.
Pal-kang cukup nyaman dengan kakek dengan mengatakan kalau mereka kehilangan kontak sejak orang tuanya meninggal. Kakek mengatakan kalau dia koma dan baru saja sadar. Pal-kang juga mengomeli kakek karena hidup begitu gampang tanpa memikirkan masa depan. Dia mengajak kakek ke rumah Kang-ha. Sebelumnya, Pal-kang memastikan agar Kang-ha dan saudara2nya tidak di rumah, baru setelah itu Pal-kang membawa kakek masuk, dimana dia disambut dengan antusias oleh anak-anak. Mereka menunjukkan kekhawatiran pada kesehatan kakek hingga kakek menangis.
Khawatir pada masa depan kakek, Cho-rok bertanya apa mereka bisa menyembunyikan kakek di rumah ini – bagaimana kalau kakek pingsan lagi dan dia di luar sana sendirian? Kakek berkata kalau keadaannya baik2 saja, tapi anak2 memohon pada Pal-kang. Dia sangat bingung: di satu sisi, dia tidak ingin meninggalkan kakek mengembara di jalanan, tapi jika dia tertangkap menyembunyikan mereka, itu akan menjadi kesempatan yang terakhir bagi mereka.
Nenek dari episode sebelumnya mengumpulkan teman2 tuanya dan menyuruh mereka untuk menandatangani kebijakan asuransi dengan Pal-kang. Tapi Pal-kang telah belajar beberapa hal, dan meminta mereka untuk memikirkannya berulang-ulang, memberikan jaminan pada mereka bahwa mereka tidak harus menandatangani asuransi itu dengan dirinya. Pada akhirnya, Pal-kang mendapatkan tiga orang untuk menandatangani asuransi, yang membuatnya hampir menangis – ini untuk pertama kalinya dia menjual asuransi. Nenek tidak percaya kalau Pal-kang belum mendapatkan satu orang pun karena kelihatannya dia sangat berpendidikan. Tapi Pal-kang menjelaskan, “Sampai beberapa waktu yang lalu, aku adalah Nona Jin Yang Tidak Berguna.”
Kembali ke kantor Pal-kang bertanya penuh harap pada Jin-ju apakah dia akan mendapatkan bonus untuk tiga kebijakannya. Jin-ju mengingatkan kalau upah Pal-kang sedang dihias sampai hutang kartu kredit Pal-kang dibayarkan. Ini sangat tidak adil, jadi Pal-kang menuju ke kantor Kang-ha untuk meminta penasehatan hukum. Tapi dia sama sekali tidak bisa membuat dirinya mengetuk pintu, khawatir kalau dia akan terlihat menyedihkan karena mengungkapkan hal memalukan yang lainnya.
Jun-ha tiba sebelum Jae-young keluar dari kantor itu. Berpikir kalau Pal-kang punya sesuatu untuk ditanyakan pada Kang-ha, dia menyarankan agar mereka mengunjungi Kang-ha bersama-sama, tapi Jae-young mengatakan pada mereka kalau Kang-ha tidak ada di kantor hari ini. Jun-ha menanyakan Nam, karena Pal-kang tidak mengajaknya hari ini. Hal ini membuat Jae-young terkejut dan mengatakan kalau ‘orang seperti itu’ akan menempel terus pada kebaikan Jun-ha lalu memorotinya. Jun-ha berkata kalau Pal-kang bukan tipe orang macam itu, tapi si culas Jae-young tetap saja menaruh curiga pada Pal-kang.
Kang-ha sedang di luar untuk menjalankan tugas dari Chairman Jung ketika hp-nya berdering. Suara Pal-kang secara antusias terdengar menyapa di seberang sana, berpikir dia sedang bicara dengan seorang klien, Kang-ha memotong Pal-kang dengan mengatakan kalau Pal-kang menghubungi nomer yang salah. Pal-kang meminta maaf karena telah mengganggu hari Kang-ha, dan Kang-ha mulai menggumamkan hal itu. Tapi Pal-kang mendahului Kang-ha bicara, minta maaf dan menutup telponnya ketika Kang-ha baru setengah mengomel. Kang-ha kembali mengutarakan tentang etiket Pal-kang tapi kemudian malah tertawa kecil. Hal ini memicu flashback akan kenangan Kang-ha dengan Pal-kang, seperti ketika Pal-kang merawatnya saat sedang sakit. Kang-ha mengingat ini dengan dalam meski Pal-kang telah memanggilnya bajingan tidak punya hati dan memohon agar diijinkan tinggal di rumahnya.
Anak-anak memutar otak untuk mencari cara mendapatkan uang, dipimpin oleh Cho-rok yang berpkiran ala pebisnis. Gadis kecil ini sudah memperhatikan kalau lingkungan ini sangat mewah yang sampahnya mengandung benda2 yang berharga yang bisa mereka jual. Ketika kakek memperingatkan bahwa kegiatan ini akan menyita waktu belajar mereka, mereka mengatakan kalau mereka mempunyai masalah yang lebih besar ketimbang PR.
Kakek Jung tinggal dengan anak2 malam itu dan ketika dia bangun pada tengah malam, Pal-kang sedang belajar sendiri. Kakek memberikan beberapa kata2 pendukung pada Pal-kang: “Hidup mungkin sulit, tapi dalam hidup kadang2 membawa hal2 bagus juga.” Kakek ingin menggunakan kamar mandi jadi Pal-kang membantu kakek untuk menyelinap, menghindari perhatian Jun-ha. Kakek mengenali Jun-ha jadi ketika mereka kembali ke tempat aman di ruangan Pal-kang, kakek bertanya pada Pal-kang tentang orang2 yang dia ajak tinggal. Pal-kang menjelaskan kalau mereka bekerja di kantor yang sama, dan mata kakek tambah lebar waktu dia bilang kalau selama ini dia bekerja menjadi pegawai JK.
Keesokan harinya, kakek mengunjungi makam orang tua Pal-kang dan berjanji untuk menjaga keluarga itu lebih lama lagi. Dia menjamin kalau Pal-kang sudah berubah dari dirinya yang sebelumnya, dan mungkin dia bisa membantu kakek menwujudkan mimpi kakek (membangun rumah sakit). Meski kakek masih mencari cucunya yang kemungkinan hilang, dia sudah berpikir ke depan – mungkin kakek bisa menjodohkannya dengan Pal-kang. Pal-kang, sementara itu, harus berurusan dengan masalah lain – hp-nya di blokir oleh perusahaan. Dia sama sekali tidak punya cukup uang untuk membeli susu formula, kurang cukup untuk membayar tagihan telpon. Pekerjaan Pal-kang tergantung pada kontaknya dengan pelanggan, jadi dia meminta perusahaan telpon itu untuk mengerti tapi sayangnya mereka tidak bisa melanggar peraturan.
Di sisi lain, anak2 berangkat untuk berkeliling di lingkungan sekitar tempat tinggal Kang-ha untuk mengambil barang2 yang sudah tidak dipakai lagi, tapi pertama-tama mereka perlu sejenis kereta/gerobak. Untuk membeli benda semacam itu, mereka harus mendapatkan uang dengan melakukan pekerjaan aneh. Karena para ajumma di lingkungan rumah mereka yang lama kasihan pada mereka, mereka pasti mau memberikan Ju-hwang cs pekerjaan untuk dilakukan.
Untuk itu, anak2 naik ke atas bus yang menuju ke lingkungan rumah mereka yang lama. Jaraknya sangat jauh jadi mereka terkantuk-kantuk selama perjalanan. Ju-hwang bangun tepat waktu untuk menyuruh supir bus berhenti, dan mereka turun dari bus… hanya saja, salah satu dari mereka tidak turun. Pa-rang pasti masih tidur di kursinya. Anak2 ini berlari ke kantor polisi untuk meminta mereka melacak keberadaan bus itu secepatnya, sebelum Pa-rang bangun dan turun. Sayangnya, mereka terlambat dan waktu petugas polisi itu menelpon, sudah tidak ada anak laki2 di dalam bus.
Pa-rang berkeliaran di jalanan yang sibuk sambil menangis, “Aku anak yatim yang sesungguhnya sekarang.” Dia meminjam hp seorang wanita jadi dia bisa menelpon kakaknya, tapi hp Pal-kang sedang tidak aktif. Ajumma yang baik itu mengatakan pada Pa-rang kalau semuanya akan baik2 saja lalu membawa bocah itu ke kantor polisi terdekat. Sambil menangis lebih kencang, Pa-rang sekarang yakin kalau saudara2nya dengan sengaja membuangnya. Baru 7 tahun, dia berpikir kalau mereka sudah muak padanya karena selalu berjalan dalam tidurnya dan menyebabkan masalah. Beberapa saat kemudian, Pa-rang mengingat sesuatu – nama perusahaan tempat bekerja kakaknya. Petugas itu mengatakan kalau dia akan menanyakan kakak Pa-rang di JK, tapi Pa-rang malah mengatakan pada petugas itu untuk menelpon pengacara JK, Won Kang-ha.
Kang-ha menerima telpon itu, kalap setelah mendengar Pa-rang ada di kantor polisi. Pa-rang mulai menangis, meminta Kang-ha untuk memberitahu saudara2nya kalau dia meu tinggal dip anti asuhan: “Katakan pada mereka aku mengerti kalau mereka membuangku.” Kang-ha bergegas ke kantor polisi. Sedangkan, Jin-ju akhirnya meminjamkan Pal-kang uang untuk mengembalikan pelayanan telponnya, yang membuat Pal-kang benar2 bersalah – dia tidak yakin apa akan mampu membayar hutangnya ini. Jin-ju khawatir sebab Pal-kang bicara seperti ini. Dia lebih nyaman bila Pal-kang bicara dengan penuh percaya diri seperti dulu lagi. Pal-kang mendesah, “Aku tidak bisa melakukan itu. Di masa lalu, tidak ada yang aku takuti tapi sekarang tidak ada hal yang tidak aku takuti.”
Telpon Pal-kang berdering, dan ketika dia menerimanya, Kang-ha memarahinya karena tidak menjemput lebih awal. Pal-kang bergegas ke kantor polisi. Tidak lama setelah itu, sebuah mobil polisi menepi dan membawa anak2 yang lain dari kantor lainnya. Saat mereka bertemu di depan, Pa-rang bertanya, “Kalian tidak benar2 meninggalkanku?” Ju-hwang membentak, “Apa kau sudah gila? Bukankah aku sudah mengatakan padamu meski noona meninggalkan kita, aku tidak akan meninggalkan kalian!” Anak2 menjelaskan kalau mereka sedang dalam perjalanan ke lingkungan rumah mereka yang lama untuk mendapatkan uang untuk membeli kereta jadi mereka bisa mengumpulkan sampah untuk dijual bersama kakek. Ketika Kang-ha dengan bingung bertanya siapa kakek ini, semuanya berkata dengan kompak, “Bukan siapa-siapa!”
Karena suasana hati semua orang sudah tenang, anak2 mulai melihat-lihat mobil Kang-ha, berkomentar betapa bagus mobilnya. Tentu saja, No-rang juga harus memuji Jun-ha dengan berkata kalau mobil Jun-ha juga bagus. Nam mulai menangis, dan Pal-kang mencoba menangkannya dengan berjanji akan membuat susu saat mereka sampai di rumah. Pa-rang mulai menyanyi untuk membuat Nam tenang. Kang-ha menyeringai mendengar keributan di sekitarnya dan membawa mereka semua ke Restoran Cina. Ini benar2 membuat anak2 terkesan.
Pa-rang: Kau menghasilkan uang lebih banyak dari paman Team Leader (Jun-ha), benar begitu kan?
Kang-ha: Kenapa kau bertanya?
Pa-rang: Tuan Paman Pengacara menghasilkan uang lebih banyak jadi bisa membawa kami ke tempat seperti ini. Paman Team Leader mungkin tidak mampu mengajak kami kesini.
Ini membuat No-rang dan Cho-rok kesal. Beberapa saat kemudian, Ju-hwang menyuruh Pa-rang diam karena dia terlalu ribut.
Ju-hwang: Diamlah. Tuan Paman Pengacara akan malu.
Pa-rang: Apa paman malu pada kami?
Cho-rok: Mungkin iya, karena itulah paman tidak menjawab. Tapi kakak Tae-kyu kita tidak akan malu. Dia tidak pernah malu pada kita.
No-rang: Paman Team Leader juga tidak.
Pa-rang: Kalau kalian bicara seperti itu pada paman yang membelikan makanan, kalian orang jahat!
Kang-ha bahkan meminta air hangat untuk susu Nam, yang sangat Pal-kang hargai. Makan malam dibawakan dan anak2 bertambah senang. Kang-ha meminta anak2 untuk makan sebanyak-banyaknya sebab mereka baru saja menghadapi hari2 yang sulit, lalu menambahkan, “Meskipun, jika saja kakak kalian mengaktifkan telponnya, kalian tidak akan menderita.”
Buruknya, Kang-ha tidak sempat menikmati kemenangannya karena Pa-rang bermain-main dengan benda di meja yang menyebabkan teh tumpah ke kaki Kang-ha dan yang lainnya terlihat tegang waktu Pa-rang berjalan untuk membantu Kang-ha. Tapi Pa-rang malah menjatuhkan piring karena terburu-buru. Pa-rang meminta maaf dan Kang-ha mendesah. Makanan yang lain datang dan Pa-rang sangat senang. Saking senangnya, tanpa sengaja dia menyenggol tangan waitres sehinggal menjatuhkan semangkuk makanan ke pangkuan Kang-ha. Kang-ha menahan reaksinya dengan mengatakan apakah waitres-nya sedang menelpon.
Jae-young datang ke rumah Kang-ha dengan makan malam untuk 4 orang. Khawatir karena keluarga Pal-kang bisa pulang kapan saja, Jun-ha mencoba meminta Jae-young untuk pulang, tapi Jae-young senang menunggu Kang-ha. Dia ingin menunjukkan pada Kang-ha sikap baiknya jadi Kang-ha akan menghargai usahanya. Tae-kyu bicara di telpon dengan Pal-kang, lalu mengeluh ke Jun-ha, “Mereka semua pergi makan jajangmyun!” Jun-ha menutup mulut Tae-kyu dan mengalihkan, “Siapa yang peduli jika temanmu pergi makan jajangmyun?” Jun-ha dengan diam2 menyuruh Tae-kyu untuk menemui Pal-kang dan saudara2nya dan tidak kembali ke rumah sampai Jun-ha mengijinkan.
Sayangnya, Tae-kyu tidak bisa menghubungi Pal-kang. Karena Jae-young tidak akan pergi jadi Jun-ha berpikir cepat dan menyarankan agar mereka makan secepatnya sehingga Jae-young bisa pulang lebih cepat sebab hari ini katanya akan turun salju. Setelah mereka makan, Jun-ha kembali meminta Jae-young untuk pulang, memakai salju sebagai alasan. Kedatangan Kang-ha mengalihkan perhatian Jae-young dan menyapanya dengan antusias sampai dia sadar Kang-ha tidak sendirian. Apa artinya ini? Pal-kang langsung gugup sebab tahu kalau Jae-young tidak menyukainya. Jun-ha menjawab dengan canggung kalau Pal-kang adalah pembantu mereka. Kang-ha adalah satu2nya orang yang tidak terpengaruh dengan keadaan ini dan malah pergi ke kamarnya.
Kesal, Jae-young masuk ke kamar Kang-ha dan bertanya kenapa Pal-kang ada disini. Apa masuk akal kalau Pal-kang adalah pembantu mereka – atau Kang-ha benar2 kacau karena mereka? Kang-ha mendesah, “Memang tidak masuk akal, tapi ini terjadi begitu saja.” Jun-ha bergabung dengan mereka dan mencoba menenangkan Jae-young dengan berkata kalau ini adalah idenya dan hanya berlangsung selama satu bulan. Tapi Jae-young tahu kepribadian Kang-ha – dia adalah orang yang tidak akan pernah setuju pada hal2 yang tidak disukainya. Kang-ha menjawab, “Dulu aku pikir aku tidak akan tahan dengan semua ini, tapi aku bisa, jadi aku bertahan.”
Di bawah, Tae-kyu menjelaskan pada Pal-kang kalau Jae-young mencintai Kang-ha dan meski begitu, Kang-ha sama sekali tidak tertarik, mereka mungkin akan menikah pada akhirnya nanti. Ketika Tae-kyu berkata dengan simpatik kalau hal ini akan menyakiti Pal-kang karena dulu dia menyukai Kang-ha, Pal-kang berkata tidak; dia mengerti kalau orang yang tinggi kedudukannya pasti menikah dengan jenis mereka sendiri. Kemudian, Jae-young ingin bicara berdua saja dengan Pal-kang. Sambil membuka dompetnya, Jae-young mengeluarkan cek bank dan berkata, “Kelihatannya kau menyerobot rasa kasihan orang baik. Bagaimana kalau kau berhenti mengganggu mereka dan keluar dari rumah ini?” Plus, beraninya Pal-kang berpikir untuk menyatukan keluarganya dengan Kang-ha? Melihat keraguan Pal-kang, Jae-young berkata dia bisa menawarkan lebih banyak uang, dan Pal-kang bisa mengajak keluarganya ke hotel.
Pal-kang berpikir untuk beberapa saat dan mengakui bahwa kalau dulu dia akan tergoda, “Tapi sekarang, aku takut pada tatapan saudara2ku jadi aku tidak bisa meminta uang. Aku minta maaf.” Jae-young menyeringai, “Hidup seperti kau sekarang ini adalah mengemis!” Kang-ha masuk dan dengan tegas bertanya pada Jae-young apa yang dia lakukan. Jae-young menjawab, “Kakak, jangan lakukan apapun. Aku akan menangani urusanmu yang tidak menyenangkan ini.”
Kang-ha memperingatkan, “Kau melewati batasanmu.” Beralih ke Pal-kang, Kang-he meminta secangkir kopi dan langsung bertanya pada Jae-young, “Apa kau tidak pulang? Ini sudah malam.” Jae-young melihat Pal-kang dengan tatapan dendam, lalu mulai mengikuti Kang-ha keluar ruangan itu. Jun-ha menahannya dengan berkata kalau sudah cukup untuk hari ini. Pal-kang mengetuk pintu kamar Kang-ha sambil membawa kopi. Kang-ha bergumam pada dirinya sendiri, “Kapan dia pernah ingat untuk bertanya sebelum masuk?” Kemudian dia menangkap basah dirinya dan memaki, “Aku sudah bilang padamu untuk berhenti bicara sendiri.”
Pal-kang meminta maaf karena membuat marah Jae-young, lalu menambahkan, “Aku benar2 berterima kasih untuk hari ini, dan benar2 minta maaf.” Kang-ha menjawab kalau Pal-kang tidak perlu mengkhawatirkan Jae-young, lalu menyuruhnya pergi. Pal-kang berhenti dalam perjalanan keluarnya, memutuskan untuk menanyakan nasehat Kang-ha tentang sesuatu. ‘Teman Pal-kang’ sedang berhutang dan gajinya dipotong – apa ini artinya dia tidak akan pendapatkan bagian dari bayarannya?
Kang-ha berpikir cepat dan tahu kalau ini adalah tentang diri Pal-kang sendiri dan menjawab kalau ‘teman Pal-kang’ itu bisa punya cukup uang untuk pengeluarannya, dan sisanya akan dipotong oleh kreditor. Senang karena berita bagus ini, Pal-kang mengucapkan terima kasih pada Kang-ha. Jae-young meminta Jun-ha untuk mengantarnya ke bar sebab dia berencana untuk benar2 mabuk. Jun-ha tidak mengerti kenapa Jae-young begitu kesal seperti ini – dia tidak mungkin terancam oleh Pal-kang, kan? Jae-young menjawab, “Aku tidak punya harga diri yang rendah seperti itu.”
Jun-ha menyarankan agar memikirkan sikap Kang-ha sebagai bantuan bagi yang memerlukan, tapi Jae-young menjawab kalau seseorang melakukannya dengan uang, “Tidak dengan membuat seseorang menahan apa yang sebelumnya tidak bisa dia tahan.” Jae-young tidak mengerti apa yang dia maksud berikut ini: “Dan itu membuatku marah.” Sambil menangis marah, Jae-young menambahkan, “Aku tidak tahu kenapa priaku menghinaku di depan wanita menyedihkan seperti Pal-kang. Benar2 konyol.”
Ini membuat Jun-ha marah – kenapa Jae-young menangis karena ini? Dia lebih kuat dari ini. Dikuasai oleh marah, Jun-ha melabrak Kang-ha dan bertanya kenapa dia begitu kejam pada Jae-young. Kang-ha bertanya, “Kapan aku kelihatan tidak jahat pada orang lain?” Jun-ha bersikeras, “Dia menangis karena kau… meski kau kejam pada setiap wanita di planet ini, jangan lakukan itu pada Jae-young. Nikahi saja dia. Dia bahkan berkata dia akan menceraikanmu jika kau mau!” Kang-ha sama sekali tidak tergerak dan malah melabrak balik, “Jika kau merasa bersedih, nikahi saja dia!” Jun-ha pertama-tama menarik Kang-ha dengan satu tangan lalu keduanya, dan berteriak, “Bagaimana bisa kau bicara seperti itu?”
Kang-ha merasa reaksi Jun-ha mencurigakan. Dia mengembalikan kata2 Jun-ha, “Apa kau pikir masuk akal buatmu berkata begitu?” Jun-ha bersikeras, “Dia temanku. Dia teman paling berharga yang aku miliki!” Kang-ha membalas, “Apa benar begitu?” Bertambah marah, Jun-ha menarik T-shirt Kang-ha dan mereka saling berhadapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar